Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .
"PLN menjadi anchor yang melaksanakan, melibatkan BUMN dan kerjasama dengan industri modul surya. Jadi ada sinergi yang menciptakan multiplier effect," sebut Fabby.
Adapun, tenaga kerja yang dibutuhkan merupakan tenaga terampil yang juga bisa memungkinkan penyerapan dari kelompok masyarakat yang terdampak Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Sedangkan untuk pelatihan teknis atau pun sertifikasi, bisa diintegrasikan dengan program kartu pra-kerja.
Selain bisa berdampak dari sisi ekonomi, Fabby mengatakan bahwa program ini juga sekaligus menyokong bauran energi terbarukan yang ditarget 23% pada tahun 2025. "Target PLTS kapasitasnya 6,5 GW. PLTS Atap salah satu sumber untuk memenuhi target tersebut," kata Fabby.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Konservasi Energi Hariyanto mengatakan bahwa pihaknya mendukung program pengembangan PLTS Atap ini. Menurut Hariyanto, ada sejumlah manfaat dari program Surya Nusantara ini, antara lain dapat mengalihkan subsidi listrik untuk penyediaan PLTS Atap, serta mendorong tumbuhnya industri surya dalam negeri.
Baca Juga: Akhir bulan ini, PLN akan lakukan pencatatan meteran listrik secara langsung
Hariyanto mendapatkan, PLTS Atap menjadi salah satu penopang bauran EBT dalam kelistrikan. Pada tahun 2019, terjadi lonjakan penggunaan PLTS Atap hingga dua kali lipat dari 88,04 MW menjadi 152,44 MW pada tahun lalu.
Menurutnya, PLTS Atap akan etrus dikembangkan, antara lain melalui program sinergi BUMN, pengambangan PLTS melalui APBN atau APBD, serta PLT Hybrid. "Ini targetnya kumulatif di tahun 2024 menjadi 2,2 gigawatt," tandas Haryanto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News