kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Proyek Arun-Belawan molor, daya saing Sumut turun


Kamis, 12 Juni 2014 / 17:32 WIB
Proyek Arun-Belawan molor, daya saing Sumut turun
ILUSTRASI. Logo Toyota terlihat pada model Corolla baru di Geneva International Motor Show ke-89 di Jenewa, Swiss 5 Maret 2019. REUTERS/Denis Balibouse


Sumber: TribunNews.com | Editor: Hendra Gunawan

MEDAN. Krisis listrik dan Gas Bumi yang terjadi di Sumatera Utara (Sumut) yang berkepanjangan bakal membuat ekonomi di wilayah tersebut semakin terpuruk. Ini terjadi menyusul molornya pembangunan jaringan pipa gas Arun-Belawan yang kini sedang dibangun oleh Pertagas.

Anak Perusahaan Pertamina tersebut telah mengkonfirmasi bahwa proyek pipa Arun-Belawan, yang akan memasok gas bumi untuk PLN dan sektor usaha di Sumut, tidak akan selesai sesuai target Oktober tahun ini.

Direktur Utama Pertagas Hendra Jaya mengungkapkan bahwa proyek Arun-Belawan baru akan dapat beroperasi di awal tahun 2015.

Ketua Asosiasi Pengguna Gas (Apigas) Sumut Johan Brien mengatakan, ketidakpastian penyelesaian pembangunan pipa gas Arun-Belawan telah menyebabkan biaya bisnis di Sumut semakin melambung tinggi. Pasalnya, akibat minimnya pasokan gas bumi seperti yang kini terjadi, pengusaha tidak dapat memaksimalkan kapasitas produksinya.

Selain itu daya saing pengusaha di Medan juga terus menurun lantaran beban biaya energi yang semakin tinggi.

"Ekonomi Sumatera akan semakin terpuruk akibat biaya energi yang semakin tinggi. Penutupan pabrik akan terus terjadi dan PHK juga akan semakin besar karena pelaku usaha akan kesulitan mempertahankan bisnisnya. Proyek gas Arun bukan solusi, terlalu banyak janji Pertagas yang hanya indah di koran," tegas Johan, Kamis (12/6).

Selain proyek pipa yang gagal terbangun tepat waktu, PLN dan Pengusaha di Sumut juga harus menghadapi mahalnya biaya gas dari Pertamina.

Sebab, harga gas dari Arun, Aceh yang merupakan hasil dari proses regasifikasi dari LNG,  akan dipatok dikisaran US$ 19/mmbtu.  Harga tersebut hampir dua kali lipat dari harga gas yang dinikmati sektor industri dari PGN saat ini yang berkisar US$ 9,8 - US$ 10 per mmbtu.

Dengan harga gas yang mahal tersebut maka  beban PLN dan sektor usaha di Sumut akan semakin berat, sehingga ekonomi di wilayah ini semakin terpuruk karena kehilangan daya saingnya.

Saat ini pasokan gas ke Sumut hanya 10 mmscfd yang dimanfaatkan secara bersama oleh PLN dan sektor usaha. Sementara kebutuhan PLN mencapai sekitar 85 mmscfd dan sektor industri sebanyak 150 mmscfd.

"Harga gas Pertamina yang sangat mahal akan membuat bisnis di Sumut sulit bersaing dan mati. Pemerintah memang tidak pernah serius mengatasi masalah di Sumut dan masyarakat yang selalu jadi korban. Listrik terus menerus mati, gas pun sulit didapat sehingga lapangan kerja semakin terbatas," urai Johan. (Yoni Iskandar)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×