Reporter: Muhammad Julian | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Head of Research Center for Disaster Mitigation Institut Teknologi Bandung, Iswandi Imran mengatakan, produk baja masih belum menjadi bahan material favorit bagi perusahaan konstruksi di Indonesia.
Hal ini terjadi karena harga beton, sebagai pilihan alternatif, umumnya lebih murah, dibandingkan harga baja. “Biasanya skalanya antara 1,2 kali lebih mahal dibandingkan beton kalau baja ya, bisa sampai dua kalinya bahkan, tergantung sistem strukturnya,” ujarnya, Selasa (18/11).
Baca Juga: 10 mobil Subaru dalam kondisi mulus dilelang mulai Rp 97 juta, siapa tertarik?
Masih rendahnya penggunaan baja di Indonesia juga tercermin dari konsumsi baja perkapita nasional yang lebih rendah di Indonesia. Menurut keterangan Iswandi, saat ini konsumsi per kapita baja nasional saat ini hanya mencapai 52 kg saja per kapita.
Padahal, negara-negara lain seperti misalnya Thailand bisa memiliki tingkat konsumsi baja perkapita hingga 488 kg.
Meski demikian, hal ini bukan berarti industri baja nasional tidak memiliki prospek yang baik. Pasalnya, konstruksi struktur tertentu yang memiliki bentangan luas dan berbentuk lengkungan relatif umumnya masih cenderung menggunakan baja.
Baca Juga: Produk Korsel berpotensi banjiri Indonesia, begini tanggapan pengusaha
Selain itu, Ismar menilai pelaksanaan pembangunan proyek-proyek infrastruktur seperti rencana pembangunan tol sepanjang 2.500 km hingga lima tahun ke depan berpotensi menjadi katalis yang positif bagi pasar baja nasional.
Senada, perusahaan patungan antara PT Krakatau Steel (Persero) Tbk, Indonesia dan POSCO Korea, Krakatau Posco optimis bisnis baja di Indonesia memiliki prospek yang baik. Berbekal optimisme tersebut, Krakatau Posco akan menambah kapasitas produksinya di Indonesia.
Untuk jangka pendek, Krakatau Posco berencana melakukan pengembangan hot rolled coils (HRC) dengan nilai investasi sebesar US$ 400 juta serta produk blast furnace senilai Rp 2 triliun di tahun 2020.
Baca Juga: Pelindo III dan BNI kerja sama kelola dana operasional perusahaan
Dengan adanya rencana tersebut, kapasitas produksi Krakatau Posco diproyeksikan bertambah sebanyak 750.000 ton per tahun, atau setara dengan 25% dari kapasitas produksi total saat ini yang sebesar 3 juta ton per tahun.
Sementara itu, untuk jangka panjang, Krakatau Posco berencana meningkatkan kapasitas produksi hingga melebihi tiga kali lipat dari kapasitas produksi saat ini menjadi 10 juta ton per tahun di tahun 2025.
Baca Juga: Toyota Group akan investasi US$ 2 miliar hingga lima tahun ke depan
Namun demikian, pihak Kratakau Posco mengaku belum bisa memberikan informasi rinci mengenai pembagian beban pembiayaan antara Krakatau Steel dan Posco Korea atas nilai investasi yang dibutuhkan untuk rencana ekspansi tersebut.
“Posco dan Krakatau Steel masih mengadakan pembicaraan, masih dalam negosiasi,” ujar Presiden Direktur Krakatau Posco, Kim Jhi Yong (18/11).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News