Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Rasa pesimistis tengah dirasakan para pelaku usaha bisnis batubara. Bahkan, program pembangkit listrik 35 Giga watt (GW) dirasakan tidak akan banyak membantu bisnis batubara.
Hal tersebut diungkapkan oleh Direktur Utama PT Renuka Coalindo Tbk (SQMI). Menurutnya megaproyek tersebut masih membutuhkan waktu yang cukup panjang untuk direalisasikan. Sehingga dampaknya belum akan dirasakan dalam waktu dekat ini.
"Kalau ada pembangunan pembangkit listrik di Sumatera dekat dengan konsensi kami di Jambi tentu kami mau ikut program pemerintah tersebut, karena biayanya lebih efisien ketimbang ekspor produk ke luar negeri. Tetapi kan program tersebut realisasinya masih lama," ujar Shantanu, Jumat (21/8).
Perseroan saat ini memiliki konsesi batubara di Jambi yakni Jambi Prima Coal. Konsesi tersebut merupakan pendorong kinerja Renuka di tahun lalu.
Pada periode April 2014 sampai Maret 2015, Renuka mencatatkan laba sebesar US$ 267.569 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mengalami kerugian US$ 485.159.
Shantanu bilang, kenaikan laba tersebut didorong oleh perkembangan kinerja operasional pada Jambi Prima Coal. Di mana total produksi Jambi Prima Coal pada tahun lalu mencapai sebesar 589.785 ton, naik dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang 552.677 ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News