kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Proyek mobil murah tetap dilanjutkan


Senin, 24 November 2014 / 06:03 WIB
Proyek mobil murah tetap dilanjutkan
ILUSTRASI. 7 Cara Mengatasi Kulit Kering dengan Bahan Alami, Salah Satunya Yogurt


Reporter: Francisca Bertha Vistika, Widyanto Purnomo | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Industrialis otomotif "menang". Mereka tetap bisa melanjutkan program mobil murah ramah lingkungan atau low cost green car (LCGC), plus menikmati segepok insentif program ini. Kendati memicu kontroversial, pemerintahan Joko Widodo–Jusuf Kalla tetap melanjutkan program yang digagas pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. LCGC sempat disorot karena dituding biang pemicu kemacetan baru serta pemborosan bahan bakar minyak (BBM).

Apakah karena harga BBM bersubsidi sudah naik sehingga LCGC bisa melenggang lagi? Entahlah. Yang terang, pekan lalu, Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menyatakan, program LCGC tetap dilanjutkan karena menguntungkan dan diperlukan. Kalla, yang juga pemilik jaringan bisnis dealer mobil Toyota di kawasan Indonesia Timur ini, juga menilai kehadiran LCGC penting untuk menghadapi persaingan pasar otomotif di ASEAN.

Panggah Susanto, Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi, Kementerian Perindustrian, menambahkan, program LCGC layak dipertahankan. Alasannya, program ini menguntungkan pembeli, negara dan industri. Konsumen untung karena bisa membeli mobil berharga murah. Sebab pemerintah membebaskan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) atas LCGC.

Program LCGC juga ampuh membendung impor mobil, terutama dari Thailand yang mempunyai produk LCGC. "Apalagi tahun 2015 ada pasar bebas ASEAN," kata Panggah kepada KONTAN, kemarin.

Djongkie Sugiarto, Ketua II Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), menambahkan, negara juga mendapat pemasukan dari pajak kendaraan bermotor dari penjualan LCGC. "Program ini tak merugikan pemerintah," kata Djongkie. Tentu saja, industri otomotif dalam negeri menikmati untung besar. Maklum, lonjakan penjualan LCGC menjadi darah segar sekaligus penopang bisnis manakala penjualan mobil non-LCGC sedang lesu.

Sejauh ini, PT Astra International Tbk (ASII), masih merajai pasar LCGC dengan dua merek andalannya, yakni Agya dan Ayla. Mengacu data Gaikindo, sampai Oktober 2014, Agya dan Ayla menguasai 64% pangsa LCGC dengan penjualan 92.219 unit. Total pasar LCGC sampai Oktober 2014 mencapai 144.624 unit. Sedangkan 40% sisanya dinikmati Honda, Suzuki dan Datsun.

Rahmat Samulo, Direktur Marketing Toyota Astra Motor menyatakan, kelanjutan LCGC bisa memperkuat industri otomotif dalam negeri. "Kami berharap LCGC bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri dan ekspor," katanya. "Kami fokus jualan saja,” tambah Davy J Tuilan, 4W Marketing & DND Director PT Suzuki Indomobil Sales.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×