Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT PLN mengungkapkan proyek jaringan listrik (grid) yang menghubungkan Jawa-Sumatra diusulkan sebagai proyek prioritas dalam draft dokumen perencanaan dan kebijakan investasi komprehensif (comprehensive investment and policy plan, CIPP) skema pendanaan Just Energy Transition Partnership (JETP).
Executive Vice President Energy Transition and Sustainibility PT PLN, Kamia Handayani menjelaskan, proyek transmisi Jawa-Sumatra diusulkan masuk di dalam draf CIPP JETP.
Kamia menceritakan, proyek Jawa-Sumatera bukanlah barang baru. Sebelumnya rencana transmisi ini pernah mengemuka untuk mengevakuasi listrik hasil batubara. Namun, proyek transmisi ini dibatalkan karena lebih efisien mengirimkan bahan bakarnya yakni batubara langsung ke pembangkit di Sumatra.
Saat ini ketika kebutuhan energi hijau meningkat di Pulau Jawa, PLN menilai, potensi EBT di Sumatra yang melimpah bisa diandalkan.
Dalam data Kementerian ESDM, Sumatra menyimpan potensi energi terbarukan yang sangat besar. Salah satu yang sudah dimaksimalkan ialah hidro dan panas bumi. Data ESDM menunjukkan potensi panas bumi sebesar 10 GW di mana kapasitas saat ini mencapai 9 GW atau pemanfaatannya setara 91%.
Baca Juga: PLN Suplai Listrik XL Axiata untuk Menara BTS
Sedangkan potensi hidro sebesar 8 GW di mana kapasitas saat ini 9 GW atau pemanfaatannya setara 106%.
Maka itu perlu dibangun transmisi yang dapat mengangkut setrum bersih ini dari Sumatra ke Jawa.
Proyek transmisi dengan investasi US$ 2,9 miliar ini diakui Kamia seharusnya sudah dijalankan tahun ini dan ditargetkan selesai pada 2029. Namun rencana ini belum terlaksana karena PLN masih mencari pendanaan yang paling kompetitif, salah satu yang diharapkan ialah dari JETP.
“Namun proyek ini belum pasti dari JETP karena masih draft dalam CIPP. Tetapi kalau dari PLN membuka penandaan dari semua opsi, nanti kami juga akan memilih cost of fund paling rendah, termurah, itu yang kita pilih,” ujarnya saat ditemui di sela acara Renewable Energy and Climate Summit di Jakarta, Senin (9/10).
Baca Juga: Program Bagi-bagi Rice Cooker Berpotensi Tingkatkan Konsumsi Listrik
Kamia menjelaskan, JETP merupakan platform yang berhubungan dengan pihak pendana. Pun jika proyek ini tembus di JETP, PLN akan berhubungan langsung dengan pihak institusi finansial yang bersangkutan.
Wakil Ketua Sekretaris Just Energy Transition Partnership (JETP), Paul Butarbutar menjelaskan, saat ini ada sejumlah proyek yang masuk ke dalam fokus CIPP JETP, salah satunya proyek transmisi untuk energi terbarukan.
“Proyek transmisi ini akan menjadi prioritas, sebagai contoh membangun transmisi yang menghubungkan Pulau Sumatra dan Jawa karena Jawa merupakan pusat demand listrik, namun tidak memiliki sumber EBT yang memadai. Sedangkan sumber energi bersih besar di Sumatera,” ujarnya dalam kesempatan yang sama.
Paul mengungkapkan, baru pagi ini Sekretariat JETP berdiskusi dengan PLN bahwa ada potensi EBT yang sangat besar di Sumatra. Adapun proyek transmisi Jawa-Sumatra membutuhkan pendanaan.
Selain ke Jawa-Sumatra, proyek transmisi lain yang masuk dalam draft CIPP ialah transmisi Sumatra ke Batam-Bintan.
“Ada permintaan listrik hijau di Bintan untuk smelter, jadi industri juga membutuhkannya,” jelasnya.
Dana JETP Saja Tidak Cukup
Melansir data PLN, kebutuhan investasi 2023-2040 untuk membangun green enabling super grid system yang meliputi transmisi Sumatra-Jawa, Kalimantan-Jawa, backbone 275 KV Sulawesi, dan Sumba-Bali Jawa senilai US$ 14 miliar.
Sedangkan dana JETP yang senilai US$ 21 miliar, harus di mobilisasi secara adil untuk 5 keranjang proyek transisi energi, yakni transmisi, pemensiunan dini PLTU, hingga pembangkit energi baru terbarukan (EBT).
Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana menjelaskan, berdasarkan hitungan pemerintah, dana JETP belum bisa memenuhi kebutuhan investasi seluruh proyek transmisi pintar (smart grid).
“Kalau dari hitungan kita untuk menuju sesuai target pemerintah dan juga yang kemarin disepakati di G20 itu anggarannya US$ 21 miliar tidak cukup,” jelasnya di Kementerian ESDM, Jumat (6/10).
Pemerintah juga tidak mengharapkan seluruh proyek transmisi akan didanai oleh JETP. Sebab, pendanaan dari skema transisi energi yang adil ini hanya menjadi katalis jalannya proyek-proyek transisi energi.
Nantinya, tambahan pendanaan untuk proyek transmisi dapat dipenuhi dari sektor komersial.
Baca Juga: PLN Hadirkan Electrinet, Layanan Listrik dan Internet untuk Pelanggan Korporat
Deputi Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Marves, Rachmat Kaimuddin menyatakan, proyek transmisi masuk sebagai salah satu keranjang yang akan tertuang di dalam dokumen investasi dan kebijakan komprehensif atau comprehensive investment and policy plan (CIPP) JETP.
Alasan proyek transmisi ini masuk karena jaringan listrik energi fosil dan energi hijau berbeda spesifikasinya. Tentu untuk mentransfer setrum hijau, harus menggunakan transmisi yang lebih canggih.
“Jadi dengan membangun lebih banyak pembangkit hidro, geothermal, kalau mau bangun variabel-variabelnya banyak ya pasti bentuknya berbeda lagi, mungkin smart grid system harus dibangun dan sebagainya,” jelasnya dalam acara di Grand Ballroom Hotel Kempinski Jakarta, Selasa (26/9).
Di proyek transmisi, Rachmat menjelaskan, terdapat nilai bisnis yang tidak terlalu besar. Dalam istilah keuangannya, proyek transmisi ini memiliki internal rate of return (IRR) atau tingkat pengembalian modal yang positif tetapi Net Present Value (NPV) atau peluang investasi negatif karena pasarnya under value.
Maka proyek transmisi dinilai cocok menggunakan pinjaman lunak atau pinjaman yang masuk dalam kategori Official Development Assistance (ODA) Loan atau Concessional Loan. Wujud konsesi pinjaman ini berupa tingkat bunga yang lebih rendah daripada pinjaman lain yang ditawarkan di pasar atau masa tenggang yang lebih panjang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News