Reporter: Filemon Agung | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah meminta agar dana Just Energy Transition Partnership (JETP) juga digunakan untuk membangun jaringan kelistrikan.
Deputi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves Septian Hario Seto mengungkapkan, salah satu investasi yang diharapkan dari dana JETP yakni untuk membangun smart grid.
Kehadiran smart grid diharapkan dapat menguatkan suplai kelistrikan dari sumber Energi Baru Terbarukan (EBT) khususnya pada wilayah seperti Kalimantan dan Sulawesi.
Hal ini pun menjadi diskusi antara Pemerintah Indonesia dengan pihak JETP.
"Ini yang kita negosiasikan sama JETP. JETP bilangnya maunya yang layak secara komersil. Kalau yang layak secara komersil kita gak butuh duit anda, kita bisa tenderin aja," kata Seto di Menara Kompas, akhir pekan lalu.
Baca Juga: Waspada Jebakan Utang, Bambang Brodjonegoro Beri Masukan untuk Pelaksanaan JETP
Seto menjelaskan, kebutuhan investasi di smart grid diperlukan untuk memudahkan rencana pensiun dini PLTU pada wilayah-wilayah di luar Jawa dan Sumatera.
Seto mengungkapkan, dari hasil evaluasi yang dilakukan, ditemukan banyak sumber listrik EBT di wilayah Sulawesi. Sayangnya, lokasi yang terpisah-pisah membuat sumber energi ini belum bisa dioptimalkan.
"Tapi kalau kita kumpulin ini bisa dapat 2 GW juga. Kalau dibuat dalam satu sistem smart grid mungkin kita bisa kurangi PLTU di Morowali, di Bantaeng," terang Seto.
Menurutnya, investasi dari negara maju diperlukan untuk menggantikan peran pihak swasta. Pasalnya, bentuk investasi semacam ini dinilai belum memenuhi aspek keekonomian dari perusahaan swasta.
Baca Juga: ICEF Tegaskan Indonesia Jangan Bersandar pada Pendanaan Luar Negeri Semua
"Jadi ya investasi di grid, pensiunkan PLTU," jelas Seto.
Meski demikian, Seto memastikan, penggunaan dana JETP untuk pensiun dini PLTU pun juga tetap akan dilakukan khususnya pada wilayah yang kelebihan suplai listrik seperti Jawa dan Sumatera.
Untuk itu, Pemerintah Indonesia menargetkan dapat mempensiunkan PLTU-PLTU tua yang pengurangan emisinya belum optimal.
"Jadi yang akan berproduksi adalah PLTU-PLTU baru yang sekarang sudah pakai ultra supercritical," pungkas Seto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News