kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

PSEKP UGM ragu lelang GKR selesaikan masalah


Rabu, 10 Januari 2018 / 21:38 WIB
PSEKP UGM ragu lelang GKR selesaikan masalah
0


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah akan segera melaksanakan lelang gula kristal rafinasi (GKR) pada 15 Januari mendatang. Tim peneliti dari Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada (PSEKP UGM) justru menilai lelang GKR ini belum tentu bisa menyelesaikan permasalahan di sektor gula.

Menurut Tony Prasetiantono, Kepala tim peneliti PSKEP UGM, lelang gula ini justru menambah biaya yang besar, serta belum tentu mencegah rembesan.

Padahal, Lelang gula ini memang ditujukan untuk memberikan kemudahan kepada industri kecil dan menengah (IKM) dalam mendapatkan gula rafinasi, memantau perederan gula, hingga juga mencegah adanya rembesan gula rafinasi ke pasar.

Menurut Tony, lelang dan rembesan memiliki biaya yang harus dikeluarkan. Dengan memperkirakan rembesan sebesar 10% dari total gula rafinasi, maka perkiraan biayanya sebesar Rp 3,6 triliun.

Sementara, biaya lelang bisa lebih daripada itu. Tony bilang, dengan adanya lelang ini maka ada kemungkinan terjadi pasar oligopoli di mana penjual memiliki nilai tawar yang lebih tinggi dibandingkan konsumen. Dalam lelang tersebut, terdapat 11 produsen dengan konsumen sebanyak 1,6 juta industri makanan minuman baik yang besar atau yang kecil.

"Kami bisa pastikan harga akan naik. Kalau harganya naik Rp 1.000 per kg, dengan kebutuhan 3,6 juta ton, maka biayanya sebesar Rp 3,6 triliun. Sementara akan ada penambahan biaya transaksi atau fee sebesar Rp 1,2 triliun. Bila ditotal menjadi Rp 4,8 triliun. Karena itu langkah ini tidak tepat karena benefit tidak lebih besar dari cost," ujar Tony, Rabu (10/1).

Tony melanjutkan, bila lelang ini dilakukan maka industri makanan dan minuman pengguna gula rafinasi harus menanggung beban biaya. Bisa jadi, beban tersebut dialihkan kepada konsumen akhir yakni konsumen makanan minuman.

Tak hanya itu, berdasarkan penelitian PSKEP UGM, masih banyak IKM yang belum mengetahui cara melakukan lelang ini, lantaran sistem lelang yang dilakukan secara online. Apalagi, IKM belum tentu mampu dan paham mengoperasikan teknologi komputerisasi.

Sementara itu, tim penelitian PSKEP UGM pun mengemukakan saat ini terjadi permasalahan di sektor gula mulai dari hulu hingga hilir.

Di bagian hilir, petani belum bisa memproduksi gula dengan besar lantaran luas lahannya yang terbatas, saat ini produksi gula pun menurun lantaran produktivitas serta rendemannya yang kecil, padahal luas lahan kebun gula terus bertambah.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×