Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam upaya pengembangan bisnis, PT Timah Tbk tengah membangun pabrik pengolahan dan pemurnian tembaga (smelter) mineral logam tanah jarang atau rare earth. Emiten berkode saham TINS ini menargetkan pengerjaan smelter ini akan rampung pada akhir tahun depan.
“Kami berharap, apabila potensi sumber daya dan pengkajian masalah kelayakan skala ekonominya cepat, mungkin akhir tahun depan sudah bisa selesai. Karena kontruksi dasarnya, seperti instalasi teknologi pemrosesan serta luas lahannya di daerah Tanjung Ular, Bangka ini sudah sangat layak dan memenuhi syarat,” ujar Direktur Keuangan TINS, Emil Erminda kepada Kontan.co.id, Senin (24/9).
Emil menilai, mineral tanah jarang merupakan salah satu mineral yang ditemukan sebagai elemen berharga dalam penambangan bijih timah. “Penelitian mengenai logam tanah jarang ini sudah kami lakukan sejak lama, sekitar 10 tahun yang lalu. Dari penelitian kami, ternyata ditemukan banyak manfaatnya, sebagai bahan baku pembuatan komponen elektronik, seperti layar LCD untuk TV, layar komputer, smartphone, dan lain sebagainya,” papar Emil.
Secara ekonomi, Emil bilang, harga mineral tanah jarang ini cukup mahal dan saat ini banyak dimanfaatkan dalam industri smartphones. “Per metrik ton nya bisa tiga kali lipat lebih dari harga timah, kira-kira US$ 70.000 per metrik ton nya,” imbuhnya.
Selain itu, mineral tanah jarang ini juga bisa menghasilkan thorium yang dapat menjadi bahan baku nuklir seperti urainium dengan tingkat radiasi yang lebih rendah dan bisa menjadi salah satu penghasil energi listrik.
Oleh karena itu, Emil menjelaskan dengan adanya permintaan pasar yang tinggi dan harga pasar cukup mahal ini menjadikan mineral tanah jarang sebagai salah satu komoditi yang menjanjikan untuk dikembangkan.
Dalam mengembangkan bisnis ini, Ia menyampaikan tahap awal sudah mulai sejak 3 tahun yang lalu yaitu dengan membangun pabrik pengolahan rare earth dalam skala kecil.