kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

PTBA bakal bangun gasifikasi batubara


Selasa, 14 Desember 2010 / 08:00 WIB
PTBA bakal bangun gasifikasi batubara


Reporter: Fitri Nur Arifenie | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Perusahaan tambang plat merah, PT Batu Bara Bukit Asam sedang menjajaki kerjasama proyek pembangunan gasifikasi batubara (coal gasification) dengan menggandeng perusahaan asal Jerman, Lurgi AG. Kapasitas gas untuk proyek coal gasification tersebut mencapai 800.000 million british thermal units (mbtu).

Direktur Utama PTBA, Soekrsino mengungkapkan, saat ini PTBA sedang menyelesaikan kajian kerjasama tersebut. Diharapkan pada akhir Desember 2010 atau awal Januari 2011 akan rampung. "Kalau Kerjasama ini jadi, maka pembangunan pabrik dibutuhkan waktu selama dua hingga tiga tahun ke depan, kemungkinan 2014 selesai," kata Soekrisno, Senin (13/12).

Untuk bisa menghasilkan 800.000 mbtu gas, PTBA akan mensuplai batubara sebesar 6 juta ton. Sedangkan PT Pertamina (Persero) menjadi pembeli gas itu selama 30 tahun. "Lurgi akan menjadi mayoritas," kata Soekrisno.

Capex PTBA

Tahun depan, tambah Soekrsino, PTBA akan menyiapkan capital expenditure alias belanja modal sebesar Rp 1,8 triliun. Kebutuhan dana tersebut akan diperuntukkan untuk pembangunan dermaga sebesar US$ 135 juta dan sisanya adalah untuk kebutuhan rutin

Untuk tahun depan, Soekrisno mengharapkan adanya kenaikan pendapatan dari tahun ini. Kenaikan itu akan diperoleh dari kenaikan volume dan harga. Untuk tahun depan, penjualan PTBA ditargetkan bisa mencapai 15 juta ton. Sedangkan tahun ini, penjualan PTBA hanya sebesar 13 juta ton. Pada tahun ini, pendapatan PTBA diperkirakan mencapai Rp 8,2 triliun. Tahun depan, pendapatan PTBA bisa mencapai Rp 11 hingga Rp 12 triliun.

"Sekarang harga batubara kan US$ 61,5 per ton dari tahun lalu sebesar US$ 75 per ton. Untuk tahun depan, diharapkan harga bisa mencapai US$ 80 per ton," tutur Soekrisno.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×