Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Kenaikan harga minyak sawit dunia membuat Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Kelapa Sawit berhasil mengumpulkan pungutan ekspor minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) kuartal I-2017 yang lebih tinggi ketimbang 2016.
Sepanjang Januari hingga Maret 2017 ini, BPDP Kelapa Sawit telah mengantongi pungutan ekspor CPO sebesar Rp 3,3 triliun atau naik 17,85% ketimbang tahun lalu yang hanya Rp 2,8 triliun.
Kendati capaian di kuartal I-2017 lebih tinggi, tapi BPDP Kelapa Sawit belum revisi target pungutan hingga akhir tahun ini yang hanya Rp 10,6 triliun atau lebih rendah 6,22% ketimbang realisasi hasil pungutan tahun lalu yang mencapai Rp 11,26 triliun.
Agustinus Antonius, Direktur Perencanaan, Penghimpunan dan Pengelolaan Dana BPDP Kelapa Sawit mengatakan, bila melihat tren realisasi pungutan sejauh ini, maka target hingga akhir tahun 2017 optimis bisa dicapai. "Peningkatan hasil pungutan dana CPO di kuartal pertama naik sekitar 20%," ujarnya kepada KONTAN, Rabu (26/4) lalu.
Dengan lonjakan penerimaan itu, dia yakin pungutan CPO tahun ini akan bisa melampaui realisasi tahun lalu. Walau begitu BPDP akan tetap mengacu pada target awal yang telah ditetapkan bersama pemerintah.
Realisasi pungutan yang lebih tinggi, karena menurut Agustinus, tren pungutan CPO pada kuartal I relatif lebih rendah ketimbang kuartal berikutnya. Tren tersebut terus berlanjut pada tahun ini.
Fokus ke biodiesel
Dono Boestami, Direktur Utama BPDP Kelapa Sawit menjelaskan, realisasi pungutan yang lebih tinggi akan dikembalikan ke pengusaha. Sebab pungutan biaya ekspor CPO yang dibebankan kepada para eksportir, menurutnya. sebisa mungkin akan dikembalikan kepada pelaku usaha dan petani kelapa sawit.
Soal jumlahnya, dia belum mau menjelaskan. Yang pasti dia mengakui bahwa saat ini 90% dana pungutan CPO dialokasikan untuk insentif selisih atau subsidi harga biodiesel. Sebanyak 5% digunakan di program replanting atau peremajaan dan 5% lainnya untuk program promosi, riset, dan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM).
"Kenapa 90% alokasi ke biodiesel? Karena kondisi permintaan yang mendesak dan butuh cepat. Saat ini, yang paling cepat dan siap adalah biodiesel. Kalau memang ada alternatif lain, silahkan beri ide ke kami," katanya.
Untuk program replanting kebun kelapa sawit tahun ini anggarannya hanya Rp 550 miliar. Dana itu akan dibagikan untuk peremajaan 22.000 hektare (ha) kebun sawit.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News