Reporter: Mimi Silvia | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
BONTANG. PT Pupuk Iskandar Muda saat ini mengalami kesulitan dalam beroperasi. Seharusnya perusahaan ini berproduksi sebesar 1275 ton per hari. Namun akibat ketersediaan gas dan harga gas yang tidak memadai, setiap bulan sering ada interupsi, sehingga produksi setiap bulannya hanya menjadi 80%-90% dari total target produksi.
Menurut Arifin Tasrif Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero), internal perusahaan akan melakukan program konversi untuk mengatasi masalah ini. Jika tadinya gas dikonversi menjadi energi, sekarang akan diganti dengan batubara. Sehingga, gas digunakan untuk prosesnya. Untuk batubara yang akan digunakan adalah batubara jenis low grade.
"Selain untuk energi, juga jadi bahan baku, dikonversi jadi gas sintesa. Jadi pupuk, produk petrokimia," kepada wartawan di Bandara LNG Badak Bontang, Kalimantan Timur, Kamis (19/11) . Targetnya 10-15 tahun lagi, industri pupuk menggunakan batubara dalam berproduksi.
Adapun untuk suplai gas, hal ini akan disediakan oleh anak usaha. "Kan kita ada anak perusahaan yang menangani itu, yakni Indonesia Energy," kata Arifin.
Sementara, untuk harga gas, PIHC akan melakukan negosiasi lagi agar harga gas bisa ekonomis. Dengan demikian, industri tetap bisa terus berjalan. Dia menuturkan, saat ini harga gas di Iskandar Muda mencapai US$ 9. "Padahal, di industri pupuk, harga US$ 6,5 sudah marginal sekali," kata Arifin.
Sebelumnya, Jokowi menginstruksikan agar industri pupuk tidak tergantung dengan gas. Ia juga mengatakan, agar Iskandar Muda menggunakan batubara sebagai pengganti gas. "Pupuk Iskandar Muda ini harus kembali hidup dan berekspansi, gas bisa diganti batubara," kata Jokowi saat peresmian pabrik 5 Pupuk Kaltim di Bontang, Kalimantan Timur.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News