Reporter: Harris Hadinata | Editor: Harris Hadinata
Perkembangan ini terungkap dalam PwC Family Business Survey 2025, yang dipublikasikan Rabu (26/11/2025). Survei ini melibatkan 1.325 bisnis keluarga di 62 negara dan kawasan, termasuk Indonesia.
Survei ini mendapati, tren global saat ini memberikan dampak signifikan terhadap bisnis keluarga. 63% responden di Indonesia menilai volatilitas ekonomi muncul sebagai isu paling mendesak. Di tingkat global, ada 58% berpendapat serupa.
“Harapan pertumbuhan bisnis keluarga di Indonesia sejalan dengan kondisi global: era pertumbuhan pendapatan dua digit sudah berlalu,”terang Marcel Irawan, PwC Indonesia Private Leader, dalam keterangan resmi, Rabu (26/11/2025).
Baca Juga: Ini Sektor yang Akan Menjadi Fokus Bisnis Citi Indonesia pada Tahun 2025
Selain itu, bagi bisnis keluarga di Indonesia, tantangan perpajakan menjadi perhatian utama. Ada 49% responden yang memberi jawaban tersebut.
Sementara, secara global, isu utama adalah kekurangan tenaga kerja dan tantangan terkait sumber daya manusia, menurut sekitar 47% responden. Menariknya, isu tenaga kerja justru menjadi salah satu perhatian paling rendah bagi bisnis keluarga di Indonesia.
Selain itu, urusan regenerasi juga menjadi tantangan bagi bisnis keluarga di Indonesia. Sekitar 43% penerus bisnis keluarga di Indonesia menyebut, resistensi dari pemimpin senior menjadi hambatan utama dalam proses transisi kepemimpinan.
“Di Indonesia, 43% menyebut generasi senior sebagai penghambat utama dalam proses suksesi, menandai poin yang perlu diperhatikan,” imbuh Marcel. Ini lebih tinggi dari global, di mana cuma 29% yang berpendapat sama.
Baca Juga: 95% Perusahaan di BEI Didominasi Bisnis Keluarga
Para pemimpin bisnis keluarga di Indonesia juga menilai transisi kepemimpinan sebagai risiko. Ada 39% responden yang berpendapat tersebut. Sementara yang melihat transisi kepemimpinan sebagai peluang hanya 27%. 34% memandang netral pergantian kepemipinan.
Selain itu, survei juga mengungkapkan bahwa 19% bisnis keluarga di Indonesia cenderung menunda proses suksesi karena kondisi ketidakpastian. Jumlah ini jauh lebih tinggi dibandingkan angka global yang hanya 10%.
Meskipun demikian, dewan direksi di Indonesia cenderung lebih terbuka terhadap perspektif generasi muda. “Terdapat sisi positif sekaligus tantangan lain: 55% organisasi memiliki pemimpin berusia di bawah 40 tahun yang membawa fresh perspectives,” tutur Marcel. Jumlah ini jauh lebih tinggi dari rata-rata global, sebesar 41%.
Baca Juga: Citi Indonesia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Hanya 4,7% di 2025
Keragaman gender dalam kepemimpinan bisnis keluarga di Indonesia juga menunjukkan tren positif. Marcel menuturkan, sekitar 70% bisnis keluarga di Indonesia melibatkan perempuan di jajaran direksi, dibandingkan angka global yang hanya 68%.
Ketika ditanya tentang faktor pendukung terpenting bagi bisnis keluarga untuk beradaptasi, survei menunjukkan 54% bisnis keluarga di Indonesia dan global setuju bahwa kepemimpinan yang kuat dan struktur tatakelola yang efektif merupakan kontributor utama yang mendorong kemampuan beradaptasi tersebut.
Di tengah volatilitas ekonomi, agility dan kemampuan beradaptasi terhadap perubahan menjadi kunci agar bisnis keluarga dapat berkembang pesat. “Namun hanya 25% bisnis keluarga di Indonesia yang menilai diri mereka agile, dibandingkan 45% secara global,” cetus Marcel.
Selanjutnya: Hujan Ekstrem Landa Provinsi Ini, Cek Peringatan Dini Cuaca Besok (27/11) dari BMKG
Menarik Dibaca: Hujan Ekstrem Landa Provinsi Ini, Cek Peringatan Dini Cuaca Besok (27/11) dari BMKG
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News












