kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rantai distribusi jadi penyebab harga jagung melonjak


Minggu, 18 November 2018 / 14:24 WIB
Rantai distribusi jadi penyebab harga jagung melonjak
ILUSTRASI. Jagung


Reporter: Kiki Safitri | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga Jagung yang merangkak naik hingga mencapai harga 5.300 per kg dinilai akibat dari panjangnya rantai distribusi yang terjadi. Menurut Ketua Asosiasi Petani Jagung Indonesia (APJI) Sholahuddin petani sejauh ini tidak memiliki kapasitas dalam menentukan harga.

"Saat ini di tingkat petani untuk jagung kering dengan kadar air 17% senilai Rp 4.700 hingga Rp 4.800. Namun ketika masuk ke tingkat produksi harga akan mencapai Rp 5.300 hingga Rp 5.400," ujar Sholahuddin kepada Kontan.co.id, Sabtu (18/11).

Menurutnya selama ini petani tidak punya kapasitas dalam menentukan harga jagung. Dari petani, panen itu dibeli oleh tengkulak di kampung. Dari tengkulak kecil dijual langsung ke pengepul atau tengkulak besar.

Dari tengkulak besar atau pengepul kadang bisa ke industri langsung atau juga kadang bisa dibeli lagi ke supplier besar baru ke industri. “Rantai pasok inilah yang menyebabkan harga itu mahal,” ungkapnya.

Ia mengaku bahwa sejauh ini sentra produksi pakan berada di enam lokasi di Indonesia, sedangkan lahan pertanian jagung tersebar di berbagai pelosok-pelosok negeri.

Oleh sebab itu, maka secara tidak langsung harga yang sampai di konsumen turut melonjak akibat cost yang dikeluarkan dalam pengangkutan (biaya produksi) melejit.

“Indonesia ini luas. Tanaman jagung itu tersebar di berbagai daerah dengan spot yang kecil-kecil. Sedangkan industri pakan hanya memiliki 6 sentra produksi. Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Lampung dan Sulawesi Selatan,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×