Reporter: Amalia Fitri | Editor: Anna Suci Perwitasari
Lebih lanjut Hermawan bilang, setelah wabah virus corona selesai, selera konsumen terhadap properti berubah. Tidak hanya mencari harga murah, tapi mereka akan lebih mengedepankan kualitas, terutama dari sisi lingkungan dan kesehatan.
Sedangkan dari sisi penurunan industri properti, Presiden Direktur Jababeka Residence Sutedja S Darmono juga merasakannya. Pasar menengah dan menengah atas sedang dalam masa sulit. Dia setuju jika cashflow harus benar-benar dijaga.
Demi menarik minat konsumen, pemotongan harga bisa dilakukan demi mengejar kuantitas penjualan. Namun bukan berarti hal tersebut tanpa hambatan.
"Menurunkan harga akan menyebabkan komplain konsumen. Terutama untuk mereka yang telah membeli dengan harga lebih tinggi. Namun kalau tidak mengejar kuantitas, bisnis mati. Tinggal pilih mana. Realitasnya, kami terima saja komplain agar bisnis berlanjut," ujar Sutedja di acara yang sama.
Baca Juga: Perusahaan properti Grup Sinarmas catat kinerja apik di 2019
Di sisi lain, Presiden Direktur PT Astra Modern Land Wibowo Muljono menyatakan menjual properti di era krisis tetap masih bisa dilakukan. Menurut dia, persepsi pemain properti harus diubah.
"Mindset diubah. Saya setuju kalau setelah virus corona, konsumen properti tidak akan sama lagi. Cara berjualan nya ini yang harus kami petakan lagi. Termasuk soal pembayaran. Di situasi seperti ini, konsumen concern dengan cara pembayarannya," ungkap Muljono.
Sesi webinar ini diikuti sekitar 300 orang yang terdiri dari para pemain properti dan pakar di bidangnya. Dalam kesempatan itu, para pelaku bisnis properti menyadari mempersiapkan diri setelah corona harus menjadi agenda utama agar bisnis bertahan dalam jangka panjang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News