Reporter: Amalia Fitri | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sektor properti ikut terkena dampak wabah virus corona (Covid-19). Salah satu yang paling terasa adalah masyarakat menahan pembelian hunian sektor properti pun masih belum mampu bangkit dari keterpurukan.
Hal itu diungkapkan anggota Real Estate Indonesia (REI) dalam webinar "Perlukah Gimmick Marketing di Zaman Corona?" pada Kamis (2/4) melalui aplikasi Zoom.
Selain diikuti para praktisi properti, webinar ini menghadirkan pakar marketing dan Founder & Chairman MarkPlus Inc, Hermawan Kartajaya. Menurut dia, penurunan sektor properti memang dimaklumi. Namun bukan berarti para pemainnya tidak bisa bertahan.
Baca Juga: Apindo: Stimulus ekonomi sebaiknya juga diberikan ke industri selain manufaktur
"Saya mengerti jual properti sekarang pasti susah. Namun ada dua hal harus bisa diusahakan, yaitu surviving dan preparing. Tidak hanya bertahan, tetapi juga bagaimana mempersiapkan bisnis setelah wabah virus corona berakhir," ungkap dia, dalam siaran pers yang diterima Kontan.co.id, Jumat (3/4).
Hermawan memprediksi, perekonomian akan normal setidaknya enam bulan lagi, walau virus corona diperkirakan jauh lebih cepat. Selama waktu itu, setidaknya ada beberapa fase yang bisa dilakukan oleh pelaku usaha, khususnya properti.
Fase kuartal pertama dan kedua bisa dipakai untuk mempertahankan bisnis. Fase kedua, yakni di kuartal kedua dan ketiga bisa untuk preparing atau mempersiapkan bisnis selepas virus corona. Dan fase berikutnya adalah perencanaan bisnis yang diaktualisasikan di kuartal ketiga dan keempat.
"Tapi bukan tidak mungkin ada pula pemain properti yang masih growing. Di saat seperti ini bukan lagi surviving, tapi bagaimana memaksimalkan service kepada konsumen. Karena kalau tidak dimaksimalkan, ketika corona berakhir bisnisnya justru akan sulit. Konsumen tidak dimaksimalkan. Surviving lebih bisa dilakukan oleh pemain kecil. Perhatikan cashflow, maksimalkan pemasukan yang ada. Kalau tidak ada penjualan, komunikasikan kalau Anda mampu bertahan dan sudah siap ketika corona selesai. Agar konsumen tahu," sambung Hermawan.
Lebih lanjut Hermawan bilang, setelah wabah virus corona selesai, selera konsumen terhadap properti berubah. Tidak hanya mencari harga murah, tapi mereka akan lebih mengedepankan kualitas, terutama dari sisi lingkungan dan kesehatan.
Sedangkan dari sisi penurunan industri properti, Presiden Direktur Jababeka Residence Sutedja S Darmono juga merasakannya. Pasar menengah dan menengah atas sedang dalam masa sulit. Dia setuju jika cashflow harus benar-benar dijaga.
Demi menarik minat konsumen, pemotongan harga bisa dilakukan demi mengejar kuantitas penjualan. Namun bukan berarti hal tersebut tanpa hambatan.
"Menurunkan harga akan menyebabkan komplain konsumen. Terutama untuk mereka yang telah membeli dengan harga lebih tinggi. Namun kalau tidak mengejar kuantitas, bisnis mati. Tinggal pilih mana. Realitasnya, kami terima saja komplain agar bisnis berlanjut," ujar Sutedja di acara yang sama.
Baca Juga: Perusahaan properti Grup Sinarmas catat kinerja apik di 2019
Di sisi lain, Presiden Direktur PT Astra Modern Land Wibowo Muljono menyatakan menjual properti di era krisis tetap masih bisa dilakukan. Menurut dia, persepsi pemain properti harus diubah.
"Mindset diubah. Saya setuju kalau setelah virus corona, konsumen properti tidak akan sama lagi. Cara berjualan nya ini yang harus kami petakan lagi. Termasuk soal pembayaran. Di situasi seperti ini, konsumen concern dengan cara pembayarannya," ungkap Muljono.
Sesi webinar ini diikuti sekitar 300 orang yang terdiri dari para pemain properti dan pakar di bidangnya. Dalam kesempatan itu, para pelaku bisnis properti menyadari mempersiapkan diri setelah corona harus menjadi agenda utama agar bisnis bertahan dalam jangka panjang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News