kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Realisasi ekspor mineral mentah masih rendah


Selasa, 17 April 2018 / 21:58 WIB
Realisasi ekspor mineral mentah masih rendah
ILUSTRASI. Pengolahan nikel


Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Sofyan Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Keran ekspor bijih nikel kadar rendah dan bauksit telah dibuka lagi pada awal tahun lalu. Namun realisasi ekspor komoditas tambang tersebut hingga Maret 2018 masih belum signifikan dibandingkan dengan total rekomendasi yang diberikan.

Berdasarkan data dari Kementerian ESDM, bijih nikel yang diekspor sepanjang periode tersebut baru sebanyak 8,64 juta ton. Jumlah tersebut hanya 26,77% dari total rekomendasi pada periode yang sama sebanyak 32,27 juta ton.

Hal serupa juga terjadi pada komoditas bauksit. Pada periode tersebut, total bijih bauksit yang diekspor baru sebanyak 2,63 juta ton atau 15,35% dari total rekomendasi sebanyak 17,13 juta ton.

Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama Kementerian ESDM Agung Pribadi mengatakan para pelaku usaha telah patuh pada ketentuan yang ditetapkan pemerintah. Hal itu dibuktikan dengan pembangunan smelter yang terus berkembang.

"Tentunya pemerintah memberikan izin ekspor disesuaikan dengan progres pembangunan smelter,” terangnya di kantor Kementerian ESDM, Selasa (17/4).

Direktur Jenderal Mineral dan Batubara (Dirjen Minerba) Kementerian ESDM, Bambang Gatot Ariyono sebelumnya, mengatakan bahwa melaksanakan kewajiban ekspor memang tidak mudah, ada kewajiban yang harus dipenuhi.

“Jika sampai batas waktu, setahun (saat pemberian ekspor), kegiatan ekspor mereka belum mencapai target, maka kuota tersebut tidak bisa di-carry forward. Salah mereka kenapa tidak bisa memanfaatkan,” terangnya.

Selain itu, pemerintah meyakini rekomendasi kuota ekspor akan terus bertambah, seiring dengan adanya perusahaan lain yang akan meminta rekomendasi ekspor. Namun Bambang mengklaim, bahwa rekomendasi ekspor bukan ajang pemerintah membuka ekspor secara besar-besaran.

“Lebih tepatnya ini kan insentif untuk membangun smelter, bukan tujuannya membuka secara bebas,” terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×