Reporter: Mona Tobing | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Realisasi impor kedelai hingga Oktober ini telah mencapai 80% dari prognosa impor kedelai. Meskipun panen raya kedelai sedang berlangsung. Ketergantungan akan impor kedelai belum bisa dihentikan.
Selama sepekan ini, daerah seperti di Nusa Tenggara Barat (NTB), Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan Yogyakarta sedang panen raya kedelai. Namun sayang, sekalipun panen raya tengah berlangsung. Impor kedelai tetap berjalan.
Alasannya, kebutuhan kedelai di pasar terus bertambah sementara produksi kedelai nasional tidak mengalami kenaikan. Ketua Gabungan Pengusaha Tahu dan Tempe Indonesia (Gapoktindo) Aip Syarifudin justru tidak merasa ada panen. Di pasar juga kedelai impor lebih mudah ditemukan ketimbang kedelai lokal.
"Kalau ada pasti pengusaha lebih pilih kedelai lokal. Masalahnya barangnya itu tidak ada. Di Medan misalnya Dinas Pertanian setempat klaim kalau panen raya kedelai. Tapi saya tanya barangnya mana mereka bilang sudah kosong karena habis dibeli," kata Aip pada Kamis (30/10).
Aip menghitung sampai September hingga Oktober ini realisasi impor kedelai diperkirakan telah mencapai 1,2 juta ton sampai 1,3 juta ton. Sementara hitungannya impor setahun kedelai sebesar 1,8 juta ton sampai 2 juta ton. Sedangkan kebutuhan kedelai nasional setahun diperkirakan 2,8 juta ton sampai 3 juta ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News