Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Realisasi tanam importir bawang putih untuk Rekomendasi Impor Produk Hortikultura tahun lalu, per November awal dilaporkan baru mencapai 2.500 hektare dari target hingga akhir tahun hingga 6.000 ha, padahal seharusnya mencapai hingga 8.000 ha.
Padahal menurut data potensial lahan yang dimiliki Kementerian Pertanian (Kemtan), lahan yang bisa diubah menjadi area perkebunan bawang putih masih besar.
Direktorat Jenderal Hortikuktura, Kementerian Pertanian Prihasto Setyanto menyampaikan sejumlah importir masih mengeluhkan kendala dalam menemukan lahan. "Padahal lahan itu masih ada, per data lahan yang berpotensi adalah 725.000 ha," katanya saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (6/11).
Prihasto kemudian merinci lahan-lahan tersebut bisa ditemui di provinsi Sumatra Utara yang belum banyak digarap terutama daerah Simalungun, Tapanuli Utara, Samosir dan Mandailing Natal.
Kemudian di Aceh terletak di Gayo Luas, Takengon. Di Jawa Barat terletak di Cianjur, Majalengka. Kemudian Jawa Tengah di Tegal, Batang, Temanggung, Wonosobo, Banjarnegara, Karanganyar, Magelang.
Namun tak hanya soal ketersediaan lahan, Prihasto menyampaikan tantangan berikutnya pada bawang putih adalah masa tanam dan panennya. Pasalnya, produksi bawang putih baru bisa terlihat pada awal tahun depan karena baru memasuki masa tanam.
"Sekarang produksinya belum ada karena memang rata-rata di tanam di Oktober sampai Desember, dan panen di Maret sampai April 2019 nanti," katanya.
Artinya, tanaman bawang merupakan komoditas yang ditanam di musim hujan. Oleh karenanya, musim kemarau berkepanjangan yang melanda hingga baru-baru ini menjadi alasan importir belum melakukan aksi penanaman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News