Reporter: Filemon Agung | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Pemerintah memberikan sinyal menahan harga jual BBM subsidi jenis Pertalite dan Solar Subsidi untuk periode Juli 2024.
Manager Corporate Communication Pertamina Patra Niaga, Heppy Wulansari, mengatakan sampai saat ini belum ada arahan dari pemerintah untuk penyesuaian harga BBM subsidi.
"BBM Subsidi sepenuhnya kewenangan Pemerintah dan sejauh ini belum ada informasi kenaikan harga BBM Subsidi baik Biosolar maupun Pertalite," kata Heppy kepada Kontan, Minggu (30/6).
Sementara itu, Pertamina kini masih mengevaluasi kebijakan harga untuk BBM nonsubsidi termasuk Pertamax.
Heppy menjelaskan bahwa Pertamina masih melakukan evaluasi dan monitoring pergerakan harga minyak dunia serta nilai tukar rupiah.
Baca Juga: Pertalite Naik Bulan Depan? Pemerintah Angkat Bicara
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira, mengungkapkan bahwa penyesuaian harga BBM baik subsidi maupun nonsubsidi harus mempertimbangkan komponen pembentuk harga dan kesiapan masyarakat.
"Memang ada fluktuasi nilai tukar yang berpengaruh kemudian harga minyak mentah yang meningkat 16% secara tahunan. Tapi di sisi lain juga harus disiapkan dari sisi masyarakat atau daya beli masyarakat khususnya kelas menengah yang menjadi pemakai BBM non subsidi," terang Bhima kepada Kontan, Minggu (30/6).
Bhima menjelaskan, jika pemerintah hendak menyesuaikan harga untuk BBM nonsubsidi maka diharapkan kenaikannya berada pada level Rp 500 hingga Rp 1.000 per liter.
Sementara itu, jika harga BBM subsidi tetap dipertahankan maka pemerintah perlu memastikan kesiapan alokasi anggaran subsidi untuk BBM.
Baca Juga: Menjaga Inflasi, Pemerintah Tak Naikkan Tarif Listrik Untuk Juli-September
Pelemahan nilai tukar rupiah dinilai cukup memberikan dampak pada aktivitas perekonomian masyarakat. Untuk itu, pemerintah didorong untuk tetap mempertahankan kebijakan harga BBM, khususnya subsidi seperti Pertalite dan Solar Subsidi.
"Harapannya sampai akhir tahun tidak mengalami kenaikan baik Solar maupun Pertalite. Jadi memang sekarang ada kekhawatiran beban di masyarakat akibat nilai tukar rupiah ini sangat terasa sekali," pungkas Bhima.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News