Reporter: Maria Rosita | Editor: Djumyati P.
JAKARTA. Kenaikan harga rumah pada kuartal I tahun ini sebesar 2,24% dibanding periode sama 2010 kuat didorong kenaikan harga tanah. Menurut Ketua Umum Real Estate Indonesia (REI), Setyo Maharso, tidak mungkin rumah dijual di bawah nilai jual objek pajak (NJOP).
"NJOP naik terus, developer tidak selalu untung karena mereka juga harus membayar pajak," seru Setyo, Rabu (18/5).
Setyo berpendapat kenaikan harga rumah terjadi pada kelas menengah ke atas. Yakni di atas Rp 200 juta per unit. Adapun kenaikan harga rumah terlihat mencolok di Jabodetabek, Surabaya, Makassar, Bali, dan Batam. Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, dan Manado, kata Setyo, juga naik.
"Sebenarnya naiknya semu, yang pasti dipicu NJOP. Misal NJOP Rp 1 juta, tapi pasaran Rp700 ribu, tidak mungkin pengembang menjual di bawah Rp 1 juta," papar Setyo.
Alasan lain, sambung Setyo, memang sudah lama tidak terjadi kenaikan harga rumah. Selain itu kini kondisi pasar lebih bagus dalam artian, daya serap masyarakat makin tinggi.
Sementara itu perusahaan pengembang Metland berpandangan kenaikan harga rumah dipacu tingginya permintaan. Hal itu juga terlihat dari tingkat penjualan rumah yang naik 30% pada kuartal ini dibandingkan periode serupa tahun lalu.
Menurut General Manager Corporate Communication Metland, Wahyu Sulistio, sesama pengembang saling mengikuti tren. Kalau dalam satu kawasan terjadi percepatan penjualan, harga jual rumah ikut melesat.
Menyiasati itu Metland melakukan efisiensi dengan menekan biaya tanpa mengurangi kualitas. "Negosiasi dengan kontraktor, spek tidak dikurangi, bahan justru diperbaiki," aku Wahyu.
Untuk beberapa rangka rumah biasa digunakan banyak kayu, kini memanfaatkan aluminium. "Meminimalisasi penggunaan kayu. Dengan penggunaan aluminium secara kualitas rumah lebih meningkat, biaya ditekan. Dengan kayu banyak yang mesti diperhitungkan, misalnya anti rayap," papar Wahyu.
"Sebenarnya bagi developer, NJOP naik adalah hal positif. Tidak perlu menunggu harga bahan bangunan naik, kontribusinya paling 10% sampai 20% dalam pembangunan rumah," jelas Wahyu.
Kondisi naiknya harga rumah volume pertumbuhan terbesar paling banyak terjadi pada menengah dan menengah ke bawah. Yaitu level Rp 500 juta per unit ke bawah. Untuk kawasan Jakarta, perumahan di Menteng, terbilang mencolok. Kini harga rumah di kawasan tersebut paling murah Rp 500 juta dan rata-rata harga rumah sudah Rp 1 miliar per unit. "Valeria Boulevard sudah Rp 1,3 miliar. Limited stock," jelas Wahyu.
Tambun juga terbilang kawasan dengan harga rumah cepat naik. Soalnya, kawasan komersial di Tambun makin hidup. Harga tanah di sana, kata Wahyu, sudah mencapai Rp 6 juta per meter persegi. "Tahun lalu masih Rp 2 juta sampai Rp 3 juta. Satu jenis usaha mendorong bisnis lain di Tambun," celotehnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News