Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Resource Alam Indonesia Tbk membidik kenaikan produksi batubara pada tahun 2020 mendatang. Perusahaan berkode emiten KKGI ini mematok target produksi sebanyak 4,5 juta metrik ton batubara, atau naik sebesar 28,2% dibandingkan target produksi tahun ini yang ditaksir mencapai 3,51 juta metrik ton.
Direktur KKGI Wimpi Salim mengungkapkan sejumlah faktor yang menyebabkan pihaknya optimistis terhadap kenaikan target produksi tersebut. Wimpi bilang, target tersebut sejalan dengan kapasitas alat berat dan kesiapan seluruh infrastruktur.
Wimpi menyebut, kenaikan target produksi di tahun depan juga disokong oleh tambahan produksi dari sejumlah blok baru. Sayang, Wimpi tak mengungkapkan detail tambahan produksi dari blok baru tersebut.
"Ada tambahan produksi dari blok baru, tidak terlalu signifikan, tapi tetap ada tambahan. Yang penting kapasitas alat berat dan infrastruktur sudah siap," katanya saat public expose, Rabu (6/11).
Baca Juga: Pendapatan Resource Alam Indonesia (KKGI) melejit 123% hingga kuartal ketiga
Oleh sebab itu, Wimpi bilang bahwa KKGI tetap akan mengoptimalkan produksi batubara berkalori 4.200 GAR dari anak usahanya, yakni PT Insani Baraperkasa. Tambang yang berlokasi di Kalimantan Timur tersebut memiliki total cadangan terkira dan terbukti sekitar 165,8 metrik ton.
Hingga Kuartal III-2019, produksi batubara dari tambang tersebut sudah mencapai 2,72 juta metrik ton. Melonjak 186,31% dibandingkan produksi batubara pada periode yang sama tahun lalu.
Wimpi memproyeksikan, total produksi batubara KKGI pada periode Kuartal-IV bisa mencapai 782.200 metrik ton. "Jadi kami optimistis target produksi 3,51 juta ton batubara pada 2019 bisa tercapai," sambungnya.
Sejalan dengan kenaikan volume produksi, volume penjualan batubara KKGI juga melonjak. Hingga Kuartal III-2019, KKGI berhasil menjual emas hitam sebanyak 2,61 juta metrik ton atau meningkat 218,3% dibandingkan penjualan di Kuartal III-2018.
Baca Juga: Sukanto Tanoto kuasai lahan calon Ibukota, ini penjelasannya
Pada periode kuartal-IV 2019, Wimpi memproyeksikan KKGI bisa menjual batubara sebanyak 896.700 metrik ton. Sehingga, sampai tutup tahun 2019, volume produksi dan penjualan batubara KKGI tidak berbeda dikisaran angka 3,51 juta metrik ton.
Sebagai informasi, produksi batubara KKGI sepanjang 2018 lalu hanya mencapai 1,61 juta metrik ton. Wimpi bilang, lonjakan produksi hingga mencapai 118% pada tahun 2019 ini terjadi karena sejumlah faktor.
Faktor yang paling dominan, sambung Wimpi, lantaran ada hambatan dari kontraktor yang terjadi sejak akhir 2017. Wimpi bilang, kontrak tersebut tidak mampu memaksimalkan kapasitas produksi yang dimiliki, sehingga produksi batubara menjadi tersendat.
Baru pada bulan April 2018, KKGI mengganti kontraktor menjadi PT Bukit Makmur Mandiri Utama (BUMI). Setelah pergantian kontraktor, kata Wimpi, produksi batubara KKGI mulai kembali menanjak sejak Kuartal III-2018.
Baca Juga: J Resources (PSAB) terbitkan obligasi berkelanjutan I tahap II/2019 Rp 500 miliar
"Jadi praktis produksi yang optimal cuman setengah tahun. Sejak Juli 2018, produksi terus bergerak. Di tahun depan udah establish, sehingga kami rasa produksinya bisa lebih baik," ungkap Wimpi.
Terkait dengan target kenaikan produksi di tahun depan, Wimpi juga mengatakan bahwa target tersebut juga akan menyesuaikan stripping ratio sesuai dengan kondisi pasar dan harga batubara.
Terkait harga, Direktur KKGI Agoes Soegiarto menyatakan bahwa proyeksi harga rerata FOB Vessel hingga akhir tahun 2019 mencapai US$ 35,03 per metrik ton, atau menurun 16,73% dibandingkan rerata harga tahun 2018 lalu sebesar US$ 42,07 per metrik ton.
Agoes memproyeksikan, pergerakan harga jual secara rerata harga pada tahun 2020 tidak akan jauh berbeda dibandingkan tahun ini, yakni di kisaran US$ 32-US$ 35 per metrik ton.
Baca Juga: MA menangkan anak usaha Bayan Resources (BYAN) dalam sengketa tanah
Meski bergerakan harga diprediksi masih stagnan, namun Agoes mengatakan bahwa kapasitas produksi harus tetap dipacu secara optimal. Bahkan, jika harga lebih membaik, Agus mengatakan bahwa KKGI tak menutup kemungkinan untuk menambah volume produksi.
"Produksi harus dijaga dikapasitas maksimum agar nanti cost-nya bisa lebih rendah. Harga kita prediksi nggak banyak berubah. Kalau harga bagus, produksi bisa naik lagi," terang Agoes.
Selain itu, Agus juga mengungkapkan bahwa pada tahun 2020, KKGI akan memperbanyak porsi penjualan dalam negeri, hingga mencapai kewajiban Domestic Market Obligation (DMO) 25%.
Saat ini, porsi penjualan batubara KKGI masih didominasi ekspor dengan 90,6%. India masih mendominasi dengan 44,9% diikuti Korea (17,1%) dab China (11,2%). "Kami tetap akan berupaya memenuhi penjualan domestik sesuai dengan kewajiban," kata Agoes.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News