kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Respon Industri dan Pengamat atas Kebijakan Larangan Ekspor CPO dan Turunannya


Kamis, 28 April 2022 / 22:52 WIB
Respon Industri dan Pengamat atas Kebijakan Larangan Ekspor CPO dan Turunannya
ILUSTRASI. Pekerja mengumpulkan buah kelapa sawit di salah satu tempat pengepul kelapa sawit


Reporter: Muhammad Julian | Editor: Yudho Winarto

Kontan.co.id sudah mencoba menghubungi sejumlah perusahaan sawit tuk meminta pandangan pelaku usaha perihal kebijakan larangan ekspor CPO dan sejumlah produk turunannya.

Corporate Secretary PT Cisadane Sawit Raya Tbk (CSRA), Iqbal Prastowo mengatakan, pada prinsipnya CSRA menyambut baik kebijakan pemerintah tersebut.

Baca Juga: Dewan Sawit Prediksi Larangan Ekspor Bahan Baku Minyak Goreng Bisa Dicabut Mei

“Namun implementasi dari kebijakan tersebut harus benar-benar dikawal dengan baik sehingga kebijakan ini nantinya benar-benar membawa dampak positif bagi semua kalangan,” imbuhnya saat dihubungi Kontan.co.id (28/4).

Lebih lanjut, Iqbal menerangkan bahwa CSRA tidak terdampak secara langsung dengan kebijakan larangan ekspor ini, sebab target pasar CSRA ialah pasar domestik. Pertanyaan Iqbal sejalan dengan data yang ditunjukkan oleh laporan keuangan tahunan perusahaan tahun 2021.

Tercatat, penjualan CSRA di sepanjang tahun 2021 terdiri atas penjualan ke wilayah Sumatera Utara sebesar Rp 747,17 miliar dan Sumatera Selatan Rp 148,69 miliar.

Meski begitu, Iqbal tidak memungkiri bahwa dampak-dampak tidak langsung , seperti misalnya persaingan di pasar domestik yang semakin ketat, bisa saja terjadi. Meski begitu, Iqbal meyakini bahwa dampak tidak langsung tersebut, kalaupun terjadi, tidak akan berdampak terlalu signifikan bagi CSRA.

Pada sepanjang tahun 2022 ini, CSRA masih membidik target pertumbuhan produksi dan penjualan CPO sebesar 10% dibanding tahun lalu.

“Kami akan mengedepankan kinerja operasional yang efisien serta menerapkan cash flow management yang lebih baik,” tegas Iqbal.

Head of Investor Relation  PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO), Stefanus Darmagiri mengatakan, SGRO  akan patuh dan mengikuti peraturan terhadap kebijakan larangan ekspor yang telah ditetapkan.

“Perseroan akan patuh dan mengikuti peraturan terhadap kebijakan larangan ekspor tersebut,” tutur Stefanus saat dihubungi Kontan.co.id.

Baca Juga: Pantauan KPPU, Harga Minyak Goreng Naik 22,49% Jelang Lebaran 2022

Sedikit informasi, berdasarkan laporan keuangan perusahaan, SGRO melakukan penjualan ekspor, hanya saja jumlahnya tidak banyak. Dari total penjualan konsolidasi sebesar Rp 5,21 triliun di sepanjang 2021, penjualan ekspor SGRO hanya mencapai Rp 3,44 miliar atau setara 0,06% dari total penjualan.

Stefanus bilang, saat ini pihaknya masih mengkaji dampak pemberlakuan kebijakan larangan ekspor terhadap bisnis operasional perusahaan maupun target produksi perusahaan.

“Untuk produksi TBS (Tandan Buah Segar) SGRO tahun ini, kita berharap dapat tumbuh sebesar 5%–10% dibandingkan dengan tahun lalu. Tetapi untuk dampak terhadap kebijakan larangan ekspor terhadap pertumbuhan produksi masih kami dipelajari,” tutur Stefanus.

Selain SGRO dan CSRA, Kontan.co.id juga sudah mencoba menghubungi sejumlah perusahaan sawit lainnya untuk mengajukan permohonan wawancara mengenai isu kebijakan larangan ekspor CPO dan turunannya.

Namun, sebagian perusahaan yang dihubungi mengaku belum bisa memberikan komentar perihal isu ini. Terdapat pula sejumlah perusahaan yang sama sekali tidak merespon permohonan wawancara Kontan.co.id.



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×