kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Respons Kalbe Farma (KLBF) soal sengitnya persaingan di industri jamu dan herbal


Jumat, 22 Januari 2021 / 18:31 WIB
Respons Kalbe Farma (KLBF) soal sengitnya persaingan di industri jamu dan herbal
ILUSTRASI. Respons Kalbe Farma (KLBF) soal sengitnya persaingan di industri jamu dan herbal.


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Persaingan di industri produk jamu dan herbal di Indonesia akan semakin memanas. Terbaru Combiphar akan mengakuisisi Air Mancur.

Menanggapi hal tersebut, Direktur Utama PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) Vidjongtius menyebutkan pihaknya tetap optimistis tren penjualan produk-produk herbal milik KLBF akan terus berkembang. Bahkan, sepanjang tahun ini, perusahaan masih menargetkan pertumbuhan penjualan produk herbal hingga lebih dari dobel digit.

Ia juga berujar tren penjualan produk herbalnya dalam kurun beberapa tahun terakhir selalu berada di atas 10%. "Kami perkirakan akan sama di tahun ini karena tingkat kepedulian kesehatan meningkat menjadikan potensi herbal bertambah," ujarnya kepada kontan.co.id, Jumat (22/1).

Berdasarkan catatan kontan.co.id, produk vitamin, supplemen dan herbal telah berkontribusi sales sekitar 10% sampai 15% dari total penjualan. Menilik laporan keuangan perusahaan, hingga kuartal III-2020 tercatat total pendapatan emiten berkode saham KLBF di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebesar Rp 17,09 triliun.

Baca Juga: Ikuti Pertumbuhan Pasar, Produsen Jamu Siapkan Produk Baru di 2021

Adapun segmen obat resep mencatatkan penurunan 3,58% menjadi Rp 3,77 triliun. Sementara, segmen lainnya kompak tumbuh yang mana segmen produk kesehatan tumbuh 4,71% menjadi Rp 2,89 triliun.

Lalu, segmen nutrisi tumbuh 1,85% menjadi Rp 4,93 triliun, serta segmen distribusi dan logistik 3,58% menjadi Rp 5,49 triliun.

Guna terus mendorong penjualan produk-produk herbalnya, Vidjongtius menyebutkan saat ini juga tengah tengah mengembangkan kolaborasi ekosistem dengan para petani jahe merah di berbagai daerah. Menurutnya, saat ini sudah ada 10 ribu petani turut berkolaborasi di ekosistem jahe merah ini.

Selanjutnya: Kalbe Farma (KLBF) menanti skema kerja sama distribusi vaksin

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×