Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA - Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan bekerjasama dengan Otoritas Penerbangan Selandia Baru mengadakan workshop tentang Smart Airport terkait dengan upaya pengembagan bandar udara di Indonesia.
Sektor transportasi udara berperan besar dalam meningkatkan perekonomian dunia, termasuk di Indonesia. Pada tahun 2016 lalu, terdapat 3,8 miliar penumpang dan 54,9 juta ton kargo yang terangkut lewat transportasi udara, berdasarkan data Airport Council International.
Di Indonesia, pada tahun ini ditargetkan dapat mengangkut 162 juta penumpang dan 957.000 ton barang domestik dan internasional melalui penerbangan.
Menurut Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Agus Santoso, semua hal tersebut di atas tidak lepas dari peran bandar udara sebagai simpul penerbangan.
"Selama dua dekade ini, operasional bandara sudah terbukti ikut mendukung perkembangan industri penerbangan. Bandara berkembang bersama dengan maskapai penerbangan untuk menciptakan sebuah sistem transportasi udara yang efisien. Namun bandara tetap harus terus berkembang baik fasilitasnya maupun teknologinya untuk meningkatkan pelayanan terhadap penggunanya," ujar Agus di Jakarta, Rabu (1/10).
Tujuan diselenggarakannya workshop adalah sebagai media pertukaran informasi dan best practices guna mengidentifikasi tren, tantangan, dan hambatan di lapangan antara Selandia Baru dengan negara-negara di ASEAN terkait rencana pengembangan smart airport di Indonesia.
Agus mengatakan, smart airport sangat diperlukan di Indonesia untuk mengimbangi penerbangan nasional yang juga meningkat pesat dan modern paralel dengan pesatnya pertumbuhan teknologi.
Peningkatan tersebut ditandai dengan penambahan jumlah penumpang dan jumlah pesawat yang sangat tinggi. Untuk itu diperlukan juga sebuah bandara yang sesuai sehingga keselamatan, keamanan dan kenyamanan penerbangan tetap terjamin.
“Masyarakat sebagai penumpang pesawat dan pengguna bandara sekarang sudah semakin pintar. Demikian juga teknologi pesawat terbang yang semakin canggih dan perangkat penerbangan lain yang semakin modern. Tentu saja hal ini harus diikuti oleh sebuah bandara yang semakin pintar pula,” ujar Agus.
Pengembangan sebuah bandara, lanjut Agus, harus memperhatikan trend yang terjadi di masyarakat, tidak hanya di dalam negeri namun juga internasional. Hal ini karena sifat penerbangan yang lintas negara. “Untuk itu sangat baik kalau kita bekerjasama dengan otoritas penerbangan negara lain untuk saling berbagi informasi terkait tren serta hambatan dan peluang terkait penerbangan di negara masing-masing,” lanjutnya.
Selandia Baru merupakan salah satu negara yang sudah menerapkan smart airport. Beberapa bandaranya mendapatkan penghargaan internasional sebagai salah satu bandara terbaik.
Hubungan Indonesia dengan Selandia Baru terkait penerbangan sudah dimulai sejak tahun 1988 yaitu dengan ditandatanganinya Air Transport Agreement kedua negara terkait jasa jadwal penerbangan pada tanggal 27 Mei 1988 di Jakarta.
Selain acara workshop, akan dilaksanakan bilateral meeting antara Pemerintah Indonesia dan Selandia Baru untuk membahas kemungkinan disusunnya MoU antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah New Zealand sebagai payung hukum / legal basis hubungan kerjasama antar kedua belah pihak.
Pemerintah New Zealand berminat untuk memperkuat hubungan bilateral dengan Indonesia melalui kerjasama di bidang penerbangan sipil khususnya terkvvait konektivitas, pengembangan bandar udara, pelayanan navigasi penerbangan serta training/pelatihan terutama untuk pilot.
Workshop kali ini akan dihadiri oleh para pemangku kepentingan penerbangan di dalam negeri. Seperti misalnya pengelola bandara, pengelola navigasi penerbangan, maskapai penerbangan dan para Direktur di lingkungan Dirjen Perhubungan Udara. Selain itu juga turut diundang para otoritas penerbangan di ASEAN.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News