Reporter: Muhammad Julian | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - NUSA DUA. Indonesia membutuhkan investasi hulu minyak dan gas (migas) untuk mengejar target target produksi 1 juta barel per hari (BOPD) dan 12 miliar standar kaki kubik per hari (BSCFD) pada 2030 mendatang. Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto mengatakan, RI perlu lebih agresif menggeber aktivitas hulu migas untuk mengejar target tersebut.
Dalam hal pengeboran sumur, misalnya. Dwi bilang, RI perlu memacu pengeboran hingga 1.000 sumur per tahun setelah tahun 2025 nanti jika ingin mengejar target produksi 2030.
Sebagai pembanding, pengeboran sumur di tahun 2023 diperkirakan mencapai 827 sumur di tahun 2023. Jumlah tersebut naik 344% bila dibandingkan dengan realisasi pengeboran di tahun 2020 yang berjumlah 240 sumur.
Baca Juga: Berharap Masela On Stream 2029, Kementerian ESDM Tunggu Revisi POD dari Inpex
“Kami memperkirakan bahwa industri hulu migas perlu menarik investasi lebih dari US$ 20 miliar per tahun,” ujar Dwi pembukaan the 4th International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas Industry 2023 (ICIUOG), Rabu (20/9), di Nusa Dua, Bali.
Menukil data SKK Migas, realisasi investasi hulu migas tahun 2022 masih di angka US$ 12,1 miliar. Target SKK Migas, investasi hulu migas di tahun 2023 bisa mencapai US$ 15,5 miliar. Di sepanjang semester I 2023, realisasi investasi hulu migas sudah mencapai US$ 5,7 miliar.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan Kementerian Keuangan bakal terus bekerja sama dengan kementerian lain untuk memudahkan dan menyederhanakan izin dan lisensi.
“Dan dibawa otorisasi Kementerian Keuangan, kita akan terus menyediakan fleksibilitas fiskal berdasarkan nasional proposal kredibilitas yang rasional dan sehat,” ujar Sri Mulyani di acara yang sama.
Lebih lanjut, ia juga mengungkapkan bahwa pemerintah tengah merevisi beberapa peraturan untuk mendukung industri hulu migas.
“Termasuk (di dalamnya) memperhitungkan teknologi-teknologi atau penangkapan karbon sehingga kita bisa mencapai keamanan energi dan ketahanan energi dan menciptakan energi hijau dan mengurangi emisi,” imbuh Sri Mulyani.
Baca Juga: Jika Blok Masela Tidak Produksi pada 1 Januari 2030, Begini Konsekuensinya
Dihubungi terpisah, Ketua Komite Investasi Aspermigas Moshe Rizal mengatakan bahwa ada 2 hal penting yang perlu menjadi perhatian untuk mewujudkan target lifting migas 2030, yaitu implementasi Enhanced Oil Recovery (EOR) dan Explorasi yang massif.
“Bertumpu dengan pengeboran workover/re-entry di existing reservoir hanya akan mengerem penurunan produksi, Kita perlu penemuan/discovery yang besar-besar,” terang Moshe saat dihubungi Kontan.co.id (21/9).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News