Reporter: Oginawa R Prayogo | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Research In Motin (RIM), produsen smartphone BlackBerry mengaku lebih memilih mengembangkan aplikasi BlackBerry dibandingkan membangun pabrik di Indonesia. "Karena, membangun pabrik itu butuh teknologi tinggi. Jadi, lebih banyak menggunakan mesin dibanding tenaga (sumber daya manusia)," ungkap Maspiyono Handoyo, Managing Director PT RIM Indonesia, Jumat malam (19/7).
Yon, panggilan Maspiyono, menyampaikan bahwa BlackBerry lebih berkomitmen mengembangkan aplikasi dari para pembuat aplikasi (developer) di Indonesia. "Kami sangat fokus di aplikasi karena banyak developer muda di Indonesia," ungkapnya.
Yon menambahkan, khusus BlackBerry seri 10, yakni Q10 dan Z10 saat ini sudah ada 4.000 aplikasi asal Indonesia yang diterbitkan oleh 1.500 developer. Dia juga bilang, review aplikasi BlackBerry tersebut dilakukan di Indonesia tepatnya di Bali. Saat ini, RIM mempunyai dua kantor di Indonesia, yakni di Bali dan Jakarta. "Seluruh aplikasi BlackBerry di dunia harus diperiksa di Bali. Sedangkan kantor di Jakarta lebih ke arah bisnisnya," jelas Yon.
Menurutnya, saat ini jumlah karyawan RIM Indonesia mencapai 60 orang, terdiri 30 orang di Bali dan 30 lainnya di Jakarta.
Sebagai bentuk keseriusan mengembangkan aplikasi di Indonesia, RIM sudah melakukan kerja sama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 2012 untuk membangun BlackBerry Inovation Centre. "Nilai kerja samanya US$ 5 juta untuk komitmen lima tahun ke depan (2017)," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News