kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

RNI dorong transformasi ekosistem pangan lewat inovasi teknologi


Rabu, 13 Oktober 2021 / 15:41 WIB
RNI dorong transformasi ekosistem pangan lewat inovasi teknologi
ILUSTRASI. Gedung RNI atau PT Rajawali Nusantara Indonesia. Foto Dok RNI


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Seiring dengan bertambahnya usia Korporasi yang ke 57 tahun, PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) atau RNI terus mendorong mewujudkan transformasi ekosistem pangan nasional melalui inovasi teknologi. 

Arief Prasetyo Adi, Direktur Utama PT RNI mengatakan,  saat ini proses (holding) sudah di ujung, di mana saat ini sudah melakukan harmonisasi untuk inbreng Holding BUMN Pangan. "Setelah harmonisasi kita sekarang menunggu rancangan peraturan pemerintah (RPP) menuju peraturan pemerintah (PP)," ujarnya dalam keterangan resmi, Selasa (12/10). 

Pada rangkaian HUT 57th tahun ini gelaran inovasi teknologi digitalisasi untuk pangan turut diterapkan melibatkan milenial berinovasi untuk transformasi pangan. “Para milenial yang tergabung di RNI Group maupun BUMN Klaster Pangan kami siapkan untuk menciptakan inovasi - inovasi baru guna mendukung transformasi ekosistem pangan.” Katanya.

Selain itu, RNI juga telah mempersiapkan grand launching produk retail pangan komoditas beras, minyak, gula, kecap dan non pangan seperti tissue dan hand sanitizer. “Pekan depan kami menyiapkan Grand launching beberapa produk retail pangan maupun non pangan.”urainya. 

Komisaris Independen PT RNI Marsudi Wahyu Kisworo menambahkan pangan itu syaratnya pangan itu harus murah, terjangkau, namun produksinya juga harus efisien.

Baca Juga: Penggabungan BUMN Pangan akan perbaiki ekosistem pangan di Indonesia

"Maka dari itu cara kita untuk meningkatkan agar pangan menjadi terjangkau, satu-satunya cara adalah menekan biaya produksi atau cost dan menekan ongkos produksi adalah salah satu kehebatan dari digitalisasi, baik di sektor hulu misalnya ladang dan kebun, kemudian di bagian processing sampai ke distribusi, serta pengolahan hasil akhirnya," ujar Marsudi. 

Penerapan teknologi digital, lanjutnya, mulai dari kecerdasan buatan, Internet of Things (IoT), machine learning, dan digitalisasi di semua sektor, maka akan menurunkan biaya dan ketika biaya turun maka margin akan mengalami kenaikan.

Ia juga mengatakan bahwa berbicara soal rantai pasok maka aliran barang bergerak mulai dari vendor seperti perkebunan, pertanian, peternakan dan pelabuhan (kalau impor), transportasi dan pergudangan sampai dengan ke tangan konsumen.

Aliran barang dalam rantai pasok pangan bersifat satu arah, namun kalau melihat aliran informasinya maka sifatnya dua arah. Aliran informasi di rantai pasok pangan terjadi dari hulu sampai ke hilir dan begitu juga sebaliknya.

Dahulu sebelum era digitalisasi terjadi di sektor pangan, kata dia, ini terjadi masalah karena informasi dalam rantai pasok pangan hanya mengikuti aliran barang. Jadi hanya dari arah hulu menuju hilir.

"Sementara banyak sekali informasi yang diperlukan pada sektor hulu, misalnya berapa produksi garam yang harus dibuat, berapa stok daging yang harus diproduksi dan lokasinya ada di mana dan sebagainya. Ini merupakan informasi-informasi yang berada di bagian hilir namun tidak sampai ke hulu sehingga terjadilah masalah dalam distribusi pangan," kata Marsudi.

Selanjutnya: Begini perkembangan terkini pembentukan holding BUMN pangan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×