Sumber: Reuters | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Walaupun ada penolakan dari partai politik di Australia, tak membuat pihak Indonesia membatalkan niatnya membeli peternakan sapi di Australia.
Ismed Hasan Putro, chief executive officer (CEO) PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI), selaku Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mengatakan, pihaknya akan membeli tanah untuk peternakan di Australia. Tahan itu untuk peternakan sapi yang kelak dikirim Indonesia, dengan target 120.000 ekor per tahun.
Rencana RNI untuk mendapatkan pasokan daging sapi itu sudah mendapatkan lampu hijau dari pemerintah Indonesia. Maklum, inflasi tinggi yang terjadi beberapa waktu lalu diakibatkan oleh naiknya harga daging sapi ini karena keterbatasan pasokan.
"Kami mendapat lampu hijau pemerintah sebulan yang lalu, dan sejak itu kami telah mengirim tim ke Australia untuk mengeksplorasi kemungkinan investasi," kata Ismed kepada Reuters. Selain mencari lahan, RNI kini sedang mencari pasokan 10.000 sapi per bulan di Australia.
Sebagaimana diketahui, Australia sempat menghentikan ekspor sapi hidup ke Indonesia tahun 2011 lalu karena adanya rekaman video yang menunjukkan perlakuan kasar terhadap binatang. Larangan tersebut dicabut setelah adanya perbaikan
Rencananya. RNI berniat untuk membeli tiga atau empat peternakan sapi skala menengah di Australia. Dalam melakukan pembelian tersebut, Ismed bilang akan menawarkan skema joint venture. Dalam hal ini, RNI harus mendapatkan persetujuan dari pemerintah Australia.
Namun, bicara soal rencana untuk memiliki lahan di Australia, Ismed membantah rencana tersebut. "Kami tidak memiliki ambisi mendapatkan ratusan ribu atau sejuta hektare lahan untuk peternakan sapi di Australia," kata Putro. Sayangnya, Ismed tidak menjelaskan berapa rencana investasinya di di Australia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News