kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rolls-Royce Fokus Kembangkan Pesawat Elektrik dan Pengenalan Teknologi


Selasa, 18 Oktober 2022 / 20:30 WIB
Rolls-Royce Fokus Kembangkan Pesawat Elektrik dan Pengenalan Teknologi


Reporter: Amalia Nur Fitri | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rolls-Royce perusahaan berbasis teknologi menyatakan keseriusan dalam bisnis pengembangan elektrifikasi pesawat sebagai salah satu langkah mengurangi emisi gas rumah kaca pada 2050.

Presiden Rolls-Royce SE Asia, Pacific & South Korea Bicky Bhangu menjelaskan saat ini proses pengembangan pesawat elektrik atau pesawat listrik sampai pada tahapan sistem kelistrikan dan sistem pendorong untuk pesawat-pesawat listrik ini.

"Salah satu produk kami ini ada di Eropa dan awalnya mengangkut 45 penumpang dan untuk ini Rolls-Royce berinvestasi mengembangkan mesin, motornya, generator hingga controller-nya," jelas Bicky yang juga menjabat sebagai Profesor di Nanyang Technology University, Singapura saat ditemui di Goethe House, Jakarta, Selasa (18/10).

Baca Juga: Rolls Royce Kenalkan Pengembangan Dua Lini Bisnis Baru dan Target Bebas Emisi 2050

Ke depannya, Perusahaan ini akan mengembangkan pesawat listrik yang bisa mengangkut 80 hingga 100 penumpang. Tak hanya itu, pesawat ini juga nantinya akan bersifat hybrid agar memiliki jangkauan lebih jauh dan efisien berkat elektrifikasi.

Lebih jauh, Rolls-Royce mengatakan pesawat ini kemungkinan paling cepat bisa diadopsi pada 2024 hingga 2025. Adapun pasar yang dibidik terlebih dahulu masih berasal dari Australia, New Zealand, dan Eropa. Hal ini juga terkait dengan ketertarikan yang datang dari negara dan wilayah tersebut.

Dalam konteksi Indonesia, Bicky menjabarkan pesawat listrik ini akan lebih mudah diimplementasikan mengingat medannya terdapat 17.000 pulau. Menurutnya, jauh lebih efisien menggunakan pesawat dibandingkan dengan membangun jembatan untuk mencapai satu daerah ke daerah lain. Hal senada juga terjadi di Norwegia, dimana perjalanan jalur udara lebih efisien dibandingkan darat.

"Kami yakin, jika Indonesia tertarik akan sangat mudah ke depannya. Tapi saat ini, belum ada. Potensi sangat besar sebab Indonesia adalah negara Kepulauan," ujarnya.

Ia mengatakan, di bidang penerbangan sendiri hubungan Rolls-Royce dengan Indonesia sangat kuat. Lebih dari 80% pesawat Indonesia, yakni pesawat berjenis wide body airplane, dari Garuda Indonesia maupun Lion Air, mesinnya berasal dari Rolls-Royce.

Bicky mengurai, pihaknya juga telah melangsungkan pembicaraan mengenai akomodasi dan permintaan pelanggan ke depannya. Salah satu transisi yang dilakukan dan dibuktikan adalah penggantian mesin dari A330 dari mesin tren 7000, menjadi A330 Neo.

Di sisi lain, pihaknya tak menyangkal jika salah satu tantangan terbesar adalah bahan bakar yang cukup mahal. Sustainable Aviation Fuel (SAF) harganya 4 kali lebih mahal dari harga bahan bakar normal. Namun hal ini akan terus diupayakan untuk meraih zero emisi bahan bakar dan efisiensi ke depannya.

"Pada 2023 target kami sudah mulai memakai SAF. Produk Rolls-Royce sudah pakai SAF semua untuk genset dan pembangkit listrik. Pada 2030 semua pabrik sudah zero net emission juga. Pada 2050, yang ada di semua lini Rolls-Royce sudah compatible ke operasi zero net emission. Kami sendiri sudah investasi 80% ke bidang Litbang," urainya.

Bicky menambahkan, dalam segi investasi di Indonesia pihaknya tidak lagi memiliki target untuk ekspansi dalam hal menambah pabrik atau pembangunan data center maupun infrastruktur. Pihaknya fokus pada pengenalan teknologi.

Baca Juga: Rolls-Royce Mempersiapkan Spectre, Mobil Bertenaga Listrik Penuh Pertama

"Pasar Indonesia menjadi pasar penting bagi kami. Namun setelah pandemi, kami tidak lagi fokus pada investasi pembangunan pabrik sebab sudah terlalu banyak. Kami fokus pada pengenalan teknologi," paparnya.

Sebagai informasi Rolls-Royce secara general memiliki pelanggan di lebih dari 150 negara, yang terdiri lebih dari 400 maskapai penerbangan dan pelanggan leasing, 160 angkatan bersenjata dan angkatan laut, dan lebih dari 5.000 pelanggan listrik dan nuklir.

Pendapatan pokok tahunan adalah £10,95 miliar pada tahun 2021, laba operasi dasar adalah £414 juta dan kami menginvestasikan £1,18 miliar untuk penelitian dan pengembangan. Pihaknya juga mendukung jaringan global 28 Pusat Teknologi Universitas, yang menempatkan para insinyur Rolls-Royce di garis depan penelitian ilmiah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×