Sumber: Kompas.com | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Menteri Koordinator Bidang Perkonomian Sofyan Djalil menegaskan, pemerintah mendukung dihapuskannya produk premium atau bensin dengan oktan 88. Bahkan dia penghapusan premium seharusnya bisa lebih cepat dari rekomendasi Kementerian ESDM yakni dua tahun lagi.
Hanya saja, diakui Sofyan, yang menjadi dilema saat ini adalah kilang-kilang PT Pertamina (Persero) sudah berusia senja dan tidak mampu memproduksi bensin dengan kadar oktan yang lebih tinggi.
“Kalau kita mau hilangkan research octane number (RON) 88, maka terpaksa kita tutup semua kilang. Implikasinya, kalau kita tutup kilang kita, kita terpaksa impor 100 persen produk minyak,” ucap Sofyan ditemui di kantornya, Jakarta, Jumat (17/4).
Sofyan mengatakan, perbaikan kilang Pertamina semestinya dilakukan dari dulu. Dia bahkan mengatakan, ketika menjabat sebagai Menteri Badan Usaha Milik Negara, Direktur Utama Pertamina saat itu Ari Soemarno sempat memberikan presentasi untuk perbaikan kilang.
Sejumlah investor sudah berminat untuk kerjasama perbaikan kilang Pertamina. Namun, rencana tersebut urung direalisasikan, dengan alasan yang diketahui Sofyan merupakan alasan bisnis.
Sofyan bilang, kalau pada saat itu dibangun kilang-kilang baru maka Pertamina tidak perlu menutup semua kilang untuk menghilangkan RON 88.
“Kalau kita sudah punya kilang, kita kan sudah punya minyak mentah sendiri sehingga bisa disuling di dalam negeri. Kita impor minyak mentah yang harganya lebih murah, 50 dollar AS per barel, daripada beli produk minyak yang harganya bisa 70 dollar AS per barel,” kata Sofyan. (Estu Suryowati)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News