kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.415.000   -13.000   -0,54%
  • USD/IDR 16.602   0,00   0,00%
  • IDX 8.075   158,88   2,01%
  • KOMPAS100 1.118   27,58   2,53%
  • LQ45 799   26,35   3,41%
  • ISSI 284   2,27   0,81%
  • IDX30 416   15,39   3,84%
  • IDXHIDIV20 471   17,90   3,95%
  • IDX80 124   3,10   2,56%
  • IDXV30 132   3,65   2,83%
  • IDXQ30 132   4,80   3,78%

Masuknya Rosatom tergantung kesiapan pemerintah RI


Kamis, 01 Oktober 2015 / 12:15 WIB
Masuknya Rosatom tergantung kesiapan pemerintah RI


Reporter: Adhitya Himawan | Editor: Havid Vebri

JAKARTA.  Kesiapan dan kesigapan pemerintah sangat menentukan masuknya pemain asing dalam berbagai proyek di Tanah Air, termasuk dalam proyek pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN). Hal ini mengemuka  dalam kasus rencana masuknya  perusahaan nuklir asal Rusia, Rosatom dalam proyek PLTN di Indonesia.

Prof. Yaroslav I Shtromblakh, Deputi Direktur Riset Institut Kurchatov  -institut penelitian yang bekerjasama dengan Rosatom - mengatakan,  Rosatom siap membangun PLTN di Indonesia jika pemerintah ingin membangunnya. Hal ini disampaikan  Prof Shtromblakh dalam konferensi pers di Moscow, Jumat, (25/9). 

Hal ini dibenarkan Egor Simonov, Direktur Rosatom Asia. Simonov mengatakan, saat ini masih terlalu dini membicarakan hal-hal konkret terkait rencana masuknya Rosatom ke Indonesia.

"Sebab pertama-tama, Indonesia harus memulai pekerjaan spesifik di bidang pelaksanaan program energi nuklir nasional. Dari sisi kami, kami siap untuk ikut serta dalam tender jika memang diumumkan," kata Egor kepada KONTAN via email, Kamis (1/10).

Sebagai pemimpin pasar dunia di bidang pembangunan PLTN,  Simonov  mengklaim Rosatom dapat menawarkan teknologi tenaga nuklir kepada Indonesia. Teknologi tersebut memiliki kredibilitas di 12 negara di mana Rosatom melaksanakan proyek pembangunan 30 reaktor.

"Kami sedang melaksanakan proyek pembangunan PLTN pertama di ASEAN - PLTN Ninh Thuan di Vietnam. Mengingat bahwa ini adalah PLTN pertama di negara itu, kami memberikan dukungan jangka panjang yang komprehensif kepada mitra kami dalam menciptakan industri yang terhitung baru tersebut," ujar Simonov.

Secara khusus, papar Simonov,  terdapat lebih dari 300 siswa Vietnam yang belajar di Rusia dipersiapkan menjadi karyawan masa depan bagi PLTN pertama di Vietnam .

Saat ini, Rosatom mengembangkan kerja sama dengan mitra Indonesia dalam arah yang berbeda. Musim semi ini, anak perusahaan Rosatom, Nukem, membentuk konsorsium dengan perusahaan-perusahaan Indonesia dan telah memenangkan tender pelaksanaan pre-fase proyek pembangunan reaktor suhu tinggi multifungsi 10 MW di Indonesia.

"Selain itu, pada bulan Juni, kami menandatangani nota kesepahaman dengan Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN)," jelas Simonov.

Nota Kesepahaman tersebut bertujuan mengembangkan kerja sama antara pihak-pihak yang melaksanakan penelitian, pendidikan dan pelatihan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi nuklir untuk mendukung pembangunan infrastruktur nuklir dan pembentukan sistem energi nuklir yang berkelanjutan.

Simonov  mengatakan, perkiraan nilai investasi pembangunan PLTN di Indonesia masih sulit dikemukakan. Sebab selama belum ada persetujuan pemerintah Indonesia, pihaknya belum melakukan analisis investasi untuk melaksanakan proyek pembangunan PLTN di Indonesia. Sehinga belum ada pemahaman tentang konfigurasi proyek dasar.

Sebelumnya, Rosatom telah melaksanakan proyek di bawah skema "build-own-operate" di Turki. Rosatom tidak hanya membangun PLTN pertama di negara itu, tetapi kami juga merupakan pemilik dan operator.

Bagi Turki, hal tersebut sangat menguntungkan-PLTN kini sedang dibangun dan dioperasikan oleh pemasok teknologi berpengalaman. "Pada gilirannya, mereka mendapatkan sumber listrik bersih jangka panjang listrik dengan harga ekonomis," klaim  Simonov..

 Rosatom juga telah membangun PLTN di Vietnam, Bangladesh, Yordania dan banyak negara lainnya. Simonov menambahkan, penggunaan energi nuklir akan memungkinkan negara-negara tersebut tidak hanya mendapatkan sumber dasar energi bersih, tetapi juga mencapai tingkat baru pembangunan pada umumnya.

"Akan muncul lapangan pekerjaan baru di berbagai sektor, pertumbuhan potensi ilmiah dan teknis, momentum pembangunan pendidikan, dan, akhirnya, peningkatan kualitas hidup melalui penciptaan infrastruktur baru," ujar Simonov..

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×