Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kerugian bersih PT Wintermar Offshore Marine Tbk (WINS) membesar hingga kuartal III-2020. Pada periode Januari-September 2020, Wintermar mencatat kerugian bersih US$ 7,44 juta, naik 28,94% secara tahunan.
Sekretaris Perusahaan WINS Pek Swan Layanto mengatakan, peningkatan rugi bersih terjadi karena sejak April lalu ada beberapa proyek yang ditunda dan atau berhenti. Selain itu, penurunan harga minyak turun menekan bisnis emiten pelayaran ini. "Ada juga tambahan ongkos untuk protokol kesehatan seperti karantina awak kapal sebelum naik kapal dan tes PCR yang diwajibkan oleh klien," kata dia kepada kontan.co.id, Kamis (29/10).
Kenaikan rugi bersih juga sejalan dengan terjadinya penurunan pada pendapatan Wintermar. Hingga kuartal III-2020, WINS mencatatkan pendapatan sebesar US$ 31,4 juta. Realisasi tersebut turun 23,5% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 41,05 juta.
Berdasarkan satuan bisnis unit, pendapatan dari sewa kapal turun menjadi US$ 30,08 juta dari US$ 38,58 juta. Kemudian, jasa pelayaran lainnya mencatatkan penurunan menjadi US$ 1,32 juta dari US$ 2,47 juta.
Baca Juga: Kinerja loyo, rugi bersih Wintermar Offshore (WINS) naik 29% hingga kuartal III-2020
Divisi kapal mencatat kerugian kotor sebesar US$ 2,8 juta, sebagian besar disebabkan oleh pembatalan dan penundaan kontrak yang disebabkan oleh pandemi. Langkah-langkah efisiensi biaya dan perampingan armada yang dilakukan sejak tahun lalu mendorong penurunan biaya langsung kapal milik sebesar 14% yoy, yang membantu mengurangi sejumlah kerugian.
Kemudian, divisi chartering juga terpengaruh negatif, berkontribusi sebesar US$ 0,4 juta terhadap laba kotor dibandingkan dengan US $1juta pada kuartal III-2019. Jasa lainnya turun dan berkontribusi US$ 0,3 juta terhadap laba kotor selama kuartal III-2020.
Pek Swan menyebutkan hingga tutup tahun masih ada beberapa kontrak yang dibidik perusahaan baik dari dalam maupun luar negeri seperti Brunei dan Malaysia. Pihaknya masih optimis industri bergerak ke arah positif, sebab sejak September sudah mulai ada tender kembali.
Baca Juga: Wintermar Offshore Marine (WINS) Ekspansi ke Pasar Luar Negeri
Kemudian, dalam laporan Oktober Badan Energi Internasional (IEA) memproyeksikan bahwa permintaan minyak dunia akan kembali menjadi 96,1 juta bpd pada kuartal IV-2020 dibandingkan dengan rata-rata 100,1 juta bpd untuk 2019. Menurutnya, ini merupakan pemulihan yang besar dari kuartal II-2020 saat permintaan minyak turun sampai titik terendah di 83 juta bpd. Di sisi pasokan, produksi minyak dan gas terpukul keras karena banyak perusahaan eksplorasi dan produksi sudah mengurangi investasinya dikarenakan tekanan keuangan.
OPEC+ telah menunjukkan tingkat kepatuhan tinggi terhadap kesepakatan pemangkasan produksi dalam menahan produksi yang lebih sedikit. Karenanya, jika proyeksi IEA tercapai, perusahaan menilai persediaan minyak berlebih dapat diserap pada akhir tahun 2020 yang akan menjadi kabar baik bagi stabilitas dan kekuatan harga minyak pada tahun 2021.
Selain itu, Studi terbaru oleh Rystad Energy menyimpulkan bahwa biaya pengeboran laut dalam telah turun menjadi US$ 50/barel, lebih rendah dari biaya produksi minyak shale di AS. Jika harga minyak pulih, ada beberapa proyek potensial lepas pantai di Asia Tenggara yang dapat meningkatkan pasokan gas.
Adapun, hingga September 2020 ia bilang kontrak yang belum dikerjakan WINS sebesar US$ 70 juta. "Harapan kami kuartal IV-2020 lebih baik daripada kuartal III-2020 karena ada berapa proyek mulai lagi. Namun, masih belum seperti sebelum pandemi Covid-19 sehingga kami harap tahun depan akan lebih baik," pungkas dia.
Baca Juga: Wintermar Offshore (WINS) menyepakati penjadwalan ulang pembayaran utang US$ 29 juta
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News