kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.929.000   -9.000   -0,46%
  • USD/IDR 16.280   -10,00   -0,06%
  • IDX 7.113   44,39   0,63%
  • KOMPAS100 1.038   7,95   0,77%
  • LQ45 802   5,08   0,64%
  • ISSI 229   1,99   0,87%
  • IDX30 417   1,49   0,36%
  • IDXHIDIV20 489   1,52   0,31%
  • IDX80 117   0,66   0,57%
  • IDXV30 119   -0,75   -0,63%
  • IDXQ30 135   0,08   0,06%

Rupiah Melemah, Harga Bahan Baku Komponen AC hingga Lemari Es Naik sampai 5%


Rabu, 12 Oktober 2022 / 14:16 WIB
Rupiah Melemah, Harga Bahan Baku Komponen AC hingga Lemari Es Naik sampai 5%
ILUSTRASI. Konsumen memilih produk elektronik di salah satu toko elektronik di Tangerang Selatan, Banten, Senin (26/9/2022). pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/26/09/2022.


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perkumpulan Perusahaan Pendingan Refrigerasi Indonesia (Perprindo) mengemukakan pelemahan rupiah yang saat ini sudah menembus Rp 15.000 per dolar AS berdampak cukup signifikan pada pelaku usaha. 

Pasalnya, bahan baku penolong produk refrigerasi seperti komponen kompresor masih bergantung pada impor karena tidak tersedia di Indonesia. 

Bahan baku penolong yang diimpor berkontribusi 40%-60% pada kebutuhan produksi sejumlah produk yang menggunakan kompresor seperti AC, refrigerator, water dispenser, showcase, hingga chest freezer

Sekretaris Jenderal Perkumpulan Perusahaan Pendingin Refrigerasi Indonesia (Perprindo), Andy Arif Widajaja menjelaskan, harga bahan baku yang diimpor mengalami kenaikan sesuai dengan tingkat pelemahan rupiah.

Baca Juga: Produksi Mobil Suzuki Tidak Terkendala Kelangkaan Chip Semikonduktor

“Kenaikannya 3%-5% (dibandingkan awal tahun 2022) untuk semua komponen yang diimpor,” jelasnya kepada Kontan.co.id, Rabu (12/10). 

Terkereknya harga komponen bahan baku ini diakui Andy berdampak langsung terhadap kenaikan harga pokok penjualan produk yang diproduksi.

Namun, untuk penyesuaian harga masih tergantung dari strategi masing-masing pelaku usaha karena banyak faktor yang harus dipertimbangkan dalam melakukan penyesuaian harga. 

Selain harga bahan baku yang naik, Andy merasakan pasar juga sedang mengalami pelambatan karena berbagai faktor seperti inflasi, kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM),kondisi geopolitik dan juga politik dalam negeri menuju 2024. 

Baca Juga: Sejumlah Instansi Pemerintah dan BUMN Sudah Pakai Motor Listrik Gesits

“Atas dasar pertimbangan itu maka tergantung dari strategi dan analisa masing-masing pelaku usaha dalam melakukan penyesuaian harga dan tidak semuanya serta merta langsung menaikkan harga jual sesuai dengan kenaikan harga produksi,” terangnya. 

Andy menuturkan, saat ini untuk kondisi kelangkaan peti kemas saat ini sudah lebih baik dibandingkan tahun lalu dan freight rate juga sudah mulai turun walaupun belum ke level sebelum pandemi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Banking Your Bank

[X]
×