kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Rupiah memble, produsen mobil ketar-ketir


Selasa, 29 Januari 2013 / 08:35 WIB
Rupiah memble, produsen mobil ketar-ketir
ILUSTRASI. Makanan yang Baik Anda Konsumsi untuk Melancarkan Menstruasi


Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Asnil Amri

JAKARTA. Dampak dari pelemahan rupiah diperkirakan bakal mempengaruhi kinerja bisnis di Indonesia. Terutama kinerja bisnis yang berkaitan dengan impor. Salah satunya adalah kinerja bisnis otomotif, seperti PT Ford Motor Indonesia (FMI).

Pelemahan nilai tukar rupiah membuat FMI harus menambah biaya untuk importasi produk mobilnya ke Indonesia. Walaupun mengalami pengaruh, namun FMI selaku pemilik merek Ford di Indonesia belum memiliki rencana menaikkan harga jual produknya.

"Saat ini kami belum menaikkan harga jual karena rupiah melemah," kata Bagus Susanto, Managing Director PT Ford Motor Indonesia (FMI) kepada KONTAN di Jakarta, Senin (28/1). Kenaikan harga jual belum dilakukan mengingat produsen otomotif asal Amerika Serikat (AS) ini sudah menaikkan harga jual pada 1 Januari lalu dengan kenaikan rata-rata 5%.

Kenaikan harga jual dilakukan karena adanya kenaikan Biaya Balik Nama (BBN) di tahun 2013 sebesar 5%. Sementara ini, pihak Ford menyatakan, perusahaannya belum menaikkan harga jual terkait dengan pelemahan mata uang Indonesia.

"Kalau memang nanti besar dampaknya, bisa dipastikan kami akan menaikkan harga jual karena pelemahan rupiah dampaknya pada faktor biaya," tandas Bagus. Adapun di tahun 2013 ini, Bagus melihat, pasar otomotif nasional masih potensial.

Mengingat tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2012 lalu yang relatif tinggi, yakni mencapai produk domestik bruto (GDP) sebesar 6%. Pertumbuhan GDP itu diyakini akan memicu peningkatan belanja konsumen Indonesia kalangan menengah atas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×