Reporter: Asnil Bambani Amri, Barratut Taqiyyah |
JAKARTA. Penguatan rupiah yang terjadi belakangan ini dinilai akan menguntungkan bagi industri di dalam negeri yang membutuhkan bahan baku impor. Menguatnya rupiah hingga level Rp 8.928 per dolar AS pagi tadi akan memberikan kesempatan impor lebih murah bagi industri di dalam negeri. “Ini kesempatan bagi industri untuk tambah stok bahan baku,” kata Wakil Menteri Perdagangan Mahendra Siregar di Jakarta, Selasa (19/10).
Mahendra bilang, saat rupiah menguat maka nilai bahan baku impor akan mengalami penurunan sehingga biaya produksi industrinya akan lebih rendah. Tapi Mahendra mengakui, penguatan rupiah juga memiliki efek negatif, terutama bagi industri yang berorientasi ekspor. “Memang ada plus minusnya,” jelas Mahendra.
Akan tetapi, Mahendra menilai penguatan rupiah sampai level yang terbentuk saat ini masih dalam batas yang bisa ditolerir dari sisi perdagangan. Namun, ia mengaku pergerakan rupiah itu harus tetap dipantau agar tidak terlalu kuat sehingga berakibat kepada ketidakpastian rupiah. "Ini mesti diawasi terus," ungkapnya.
Namun, penguatan rupiah tersebut menurutnya akan memberikan kesempatan bagi industri untuk segera membayarkan utang atau biaya yang dikeluarkan dalam bentuk rupiah. “Ini juga kesempatan untuk membayarkan biaya kerja yang dibayarkan secara rupiah,” perincinya.
Garuda makin perkasa
Pagi ini, rupiah ditransaksikan stabil, mendekati level tertinggi dalam tiga tahun. Pergerakan rupiah ini terkait adanya spekulasi bahwa bank sentrak akan menahan laju penguatan mata uang Garuda yang kemungkinan bakal memukul tingkat ekspor.
Sepanjang tahun ini, rupiah sudah menguat 5,2%. Penguatan rupiah didorong oleh masuknya dana asing ke pasar saham yang nilainya mencapai US$ 2,4 miliar.
"Performa perekonomian masih baik. bank Indonesia masih mengawasi pasar, sehingga laju penguatan rupiah tidak terlalu cepat," jelas Rully Nova, currency analyst PT Bank Himpunan Saudara di Jakarta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News