kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.461.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.130   40,00   0,26%
  • IDX 7.697   -47,60   -0,61%
  • KOMPAS100 1.196   -13,16   -1,09%
  • LQ45 960   -10,60   -1,09%
  • ISSI 231   -1,75   -0,75%
  • IDX30 493   -3,97   -0,80%
  • IDXHIDIV20 592   -5,69   -0,95%
  • IDX80 136   -1,30   -0,95%
  • IDXV30 143   0,32   0,23%
  • IDXQ30 164   -1,28   -0,77%

Rupiah Terpuruk, Produsen Ban Kerek Harga Jual


Selasa, 25 Juni 2024 / 21:40 WIB
Rupiah Terpuruk, Produsen Ban Kerek Harga Jual
ILUSTRASI. Gejolak kurs rupiah turut mempengaruhi kelangsungan industri ban di Indonesia.. (KONTAN/Baihaki)


Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gejolak kurs rupiah turut mempengaruhi kelangsungan industri ban di Indonesia. Produsen ban terpaksa melakukan penyesuaian harga jual produk di pasar untuk menyesuaikan dengan kondisi ekonomi saat ini.

Sebagai pengingat, kurs rupiah bertengger di level Rp 16.375 per dollar AS pada Selasa (25/6) di situs Bloomberg. Meski menguat 0,12% dibandingkan hari sebelumnya, mata uang rupiah masih berada dalam tren pelemahan dalam beberapa waktu terakhir.

Head of Marketing PT Goodyear Indonesia Tbk (GDYR) Arfianti Puspitarini mengatakan, tren koreksi rupiah jelas mempengaruhi bisnis Goodyear Indonesia. Dalam hal ini, emiten tersebut mesti membayar lebih mahal sebagian bahan baku ban radial mereka yang diimpor dari negara lain. Belum lagi, Goodyear Indonesia juga masih mengimpor ban ukuran besar secara utuh untuk kendaraan bus dan truk.

Baca Juga: Pasar Ban Menantang, Begini Strategi Goodyear Indonesia (GDYR)

Beruntung, meski biaya pengeluaran bertambah, pelemahan kurs tidak sampai berdampak terhadap aktivitas produksi ban Goodyear di dalam negeri. "Produksi kami dilakukan sesuai dengan permintaan yang datang dari pelanggan," kata dia ketika ditemui KONTAN, Selasa (25/6).

Sebagai langkah antisipasi, Goodyear Indonesia telah menerapkan kebijakan kenaikan harga jual ban kepada para pelanggannya sekitar 2% sampai 3% yang berlaku sejak bulan Mei 2024 lalu.

Kendati ada kenaikan harga jual, Goodyear Indonesia tetap berharap adanya pertumbuhan penjualan ban yang positif sampai akhir tahun nanti. Hal ini tentu dengan catatan, pasar otomotif nasional dapat segera membaik di sisa tahun 2024.

Maklum, sebagian penjualan ban Goodyear Indonesia ditujukan ke segmen Original Equipment Manufacturer (OEM). Ketika permintaan mobil baru menyusut dan produsen otomotif menyesuaikan tingkat produksi, ini bisa berdampak pada berkurangnya permintaan pasokan ban dari Goodyear Indonesia.

Sementara itu, PT Bridgestone Tire Indonesia masih terus memantau perkembangan pasar dan tren pergerakan kurs rupiah terhadap dollar AS. Bridgestone bakal lebih hati-hati dalam menentukan arah kebijakan bisnisnya di tengah ketidakpastian ekonomi global yang turut berdampak pada industri ban.

"Jika pelemahan rupiah terus berlanjut, kami mempertimbangkan untuk melakukan penyesuaian harga ban," tutur Managing Director Bridgestone Tire Indonesia Mukiat Sutrisno, Selasa (25/6).

Wajar saja, sebagian bahan baku ban Bridgestone diperoleh dari negara lain, sehingga beban perusahaan tersebut dapat terdampak oleh volatilitas kurs.

Baca Juga: Kinerja Michelin Indonesia Bakal Bergantung pada Kondisi Pasar Ban

Dilema produsen

Sebelumnya, Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Ban Indonesia (APBI) Aziz Pane menilai, para produsen ban nasional sebenarnya berada dalam kondisi yang serba sulit untuk melakukan penyesuaian harga jual produk. Sebab, daya beli masyarakat Indonesia tidak kunjung stabil, sehingga kenaikan harga ban justru bisa menggerus permintaan di kemudian hari.

Namun, jika kenaikan harga ban tidak dilakukan, kinerja pihak produsen terancam makin terpuruk. "Sekarang kami hanya bisa berusaha bertahan semampu mungkin," ujar Aziz, tengah pekan lalu.

Di atas kertas, pelemahan rupiah akan mempengaruhi aktivitas importasi bahan baku ban. Saat ini, para produsen memang masih memiliki stok bahan baku yang sudah diimpor berbulan-bulan lalu ketika mata uang rupiah masih di kisaran Rp 15.500 per dolar AS.

Namun, untuk selanjutnya, para produsen ban nasional akan lebih hati-hati dan selektif dalam melakukan kegiatan importasi bahan baku maupun produksi ban. "Kami hanya akan membuat produk yang punya peluang besar diserap pasar," kata Aziz.

Berkaca dari itu, APBI menganggap penjualan ban di pasar domestik maupun ekspor masih berada dalam tren melemah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Sales Mastery [Mau Omzet Anda Naik? Ikuti Ini!] Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×