kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.960.000   -5.000   -0,25%
  • USD/IDR 16.860   -25,00   -0,15%
  • IDX 6.723   44,05   0,66%
  • KOMPAS100 968   3,45   0,36%
  • LQ45 754   3,69   0,49%
  • ISSI 213   0,95   0,45%
  • IDX30 391   1,55   0,40%
  • IDXHIDIV20 471   3,02   0,64%
  • IDX80 110   0,24   0,22%
  • IDXV30 115   -0,16   -0,14%
  • IDXQ30 128   0,78   0,61%

RUPTL 2025-2034: Target Pembangkit Berbasis Gas Turun Jadi 10,3 GW


Senin, 28 April 2025 / 23:52 WIB
RUPTL 2025-2034: Target Pembangkit Berbasis Gas Turun Jadi 10,3 GW
ILUSTRASI. RUPTL 2025-2034, pemerintah melalui Perusahaan Listrik Negara (PLN) menargetkan kebutuhan pembangkit berbasis gas adalah sebesar 10,3 Giga Watt. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/pd/14


Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025-2034, pemerintah melalui Perusahaan Listrik Negara (PLN) menargetkan kebutuhan pembangkit berbasis gas adalah sebesar 10,3 Giga Watt (GW).

Angka ini, menurut Direktur Manajemen Pembangkitan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Adi Lumakso telah mengalami koreksi dari target sebelumnya sebesar 15,2 GW.

"Sudah kami koreksi, di mana pertumbuhan pembangkit berbasis gas 15,2 GW atau setara 20% power energy, kita turunkan jadi 10,3 GW setara 7%," ungkap Adi dalam Rapat Dengar Pendapat Komisi XII DPR RI, di Jakarta, Senin (28/04).

Koreksi ini kata Adi dilakukan untuk memastikan pasokan gas dalam negeri bisa dibagi secara merata, bukan hanya untuk kebutuhan listrik.

Baca Juga: Ini Bocoran RUPTL 2025-2034: Tidak Ada Pensiun Dini PLTU

"Sehingga kita mengalami penurunan kurang lebih 14%. Untuk memastikan bahwasannya gas ini tidak hanya dimiliki listrik, tapi untuk seluruhnya," katanya.

Meski begitu, Adi menekankan bahwa gas adalah salah satu solusi untuk mengamankan pasokan energi guna mendukung target transisi energi nasional.

Ia menyebut, pembangkit berbasis gas bisa dibangun dalam skala besar serta dekat dari lokasi beban dengan harga yang lebih murah jika menggunakan pembangkit berbasis Bahan Bakar Minyak (BBM).

"Ini memang salah satu solusi sampai kita menyiapkan pembangkit renewable yang mengorbankan waktu dan biaya yang tinggi," tambahnya.


Untuk diketahui, PLN memiliki proyek gasifikasi atau konversi pembangkit dari PLTGM (Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas) dengan bahan bakar minyak (BBM) ke PLTG (Pembangkit Listrik Tenaga Gas).

Baca Juga: DPR: Pembangkit Nuklir akan Menggantikan Pembangkit Listrik Gas dalam RUPTL 2025-2034

Tujuan utama proyek ini adalah mengurangi ketergantungan pada BBM yang lebih mahal dan beremisi tinggi, serta beralih ke gas yang dinilai lebih ramah lingkungan dan efisien. 

Dalam catatan Kementerian ESDM, proyek gasifikasi sudah dimulai sejak Desember 2024 hingga 2026 yang menyasar 27 pembangkit PLTMG milik PLN dengan total kapasitas daya yang dikonversi mencapai 2.269 Megawatt (MW).

Pada awal konversi, PLN juga mengungkap telah mengembangkan empat kluster gasifikasi, yaitu kluster Nias, kluster Sulawesi Maluku, kluster Nusa Tenggara, dan kluster Papua Utara. 

Selanjutnya: Satu Dekade NMAX di Indonesia, Pelopor Inovasi Ciptakan Trend Setter di Pasar Motor

Menarik Dibaca: CLEO Genjot Daur Ulang Sampah Plastik Melalui Program Cleo Ecobin

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×