kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Saat industri tambang tertekan, perusahaan alat berat gencar bidik pasar non batubara


Minggu, 25 Agustus 2019 / 19:31 WIB
Saat industri tambang tertekan, perusahaan alat berat gencar bidik pasar non batubara
ILUSTRASI. Pembiayaan alat berat


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Hingga akhir tahun 2019 nanti, kinerja produksi dan penjualan industri alat berat diproyeksi akan tertekan dibandingkan tahun lalu. Industri alat berat tertekan kinerja bisnis pertambangan, terutama batubara yang terus tergerus seiring dengan pelemahan harga.

Ketua Himpunan Alat Berat Indonesia (Hinabi) Jamalludin mengatakan, setiap pertambangan batubara mengalami kelesuan, maka dampaknya akan dirasakan oleh industri alat berat.

Baca Juga: Simak strategi Hexindo (HEXA) menghadapi penurunan penjualan alat berat tahun ini

Alhasil, ia memprediksi penjualan alat berat hingga akhir tahun 2019 akan berada di angka 7.000 unit, atau di bawah kinerja tahun lalu.

"Sampai kuartal II lebih rendah dari tahun lalu. Penurunan karena pertambangan sedang drop," katanya kepada Kontan.co.id, Minggu (25/8).

Oleh sebab itu, ia berharap pada sisa empat bulan terakhir di tahun ini kinerja industri pertambangan, khususnya batubara akan membaik. Sehingga perusahaan tambang emas hitam itu bisa meningkatkan aktivitasnya.

"Kita berharap begitu, karena naik atau turunnya alat berat masih bergantung pada aktivitas pertambangan," sambungnya.

Dihubungi terpisah, Ketua Umum Perhimpunan Agen Tunggal Alat Berat Indonesia (PAABI) Adrianus Hadiwinata juga mengamini hal tersebut. Menurutnya, penjualan alat berat tahun ini akan menurun 10%-15% dibandingkan tahun lalu.

"Penurunan harga dan ketidakpastian di sektor batubara juga berkontribusi paling banyak terhadap penurunan penjualan di tahun ini," ujarnya.

Adrianus memaparkan, industri pertambangan memiliki porsi sekitar 40% dari pasar alat berat. Dari porsi itu, lebih dari separuhnya didominasi oleh industri batubara.

Sisanya, penyerap alat berat terbesar adalah sektor konstruksi, perkebunan dan kehutanan. "Porsinya mirip-mirip, dari tahun ke tahun antara 15%-30% per sektor," terangnya.

Baca Juga: Harga batubara melorot, United Tractors hanya jual 2.122 unit alat berat hingga Juli

Untuk menjaga kinerja, Adrianus mengatakan bahwa pada sisa empat bulan terakhir di tahun ini, pelaku usaha industri alat berat akan menggencarkan penjualan ke sektor konstruksi, perkebunan dan pertambangan non-batubara.

Ia bilang, ketiga sektor itu mengalami peningkatan, khususnya pertambangan mineral seiring dengan kenaikan harga komoditas.

"Pertambangan yang lain mulai mengambil porsi lebih besar, kan harga batubara turun, harga emas naik. Jadi meningkat seiring harga komoditasnya," jelas Adrianus.

Seperti yang diberitakan Kontan.co.id sebelumnya, setelah tiga tahun mengalami kenaikan produksi, tahun ini hasil produksi alat berat konstruksi dan pertambangan mulai menunjukkan tren penurunan.

Baca Juga: Hexindo Adiperkasa (HEXA) optimistis penuhi target penjualan alat berat tahun ini

Dari data produksi Januari-Juni 2019 Himpunan Alat Berat Indonesia (Hinabi) tercatat sebesar 3.240 unit. Jumlah tersebut turun 4,1% dari periode sama tahun lalu sebesar 3.379 unit. Padahal, Hinabi menargetkan di semester I-2019 produksi mencapai 4.000 unit.

Hinabi memprediksi, produksi pada tahun ini hanya mencapai 6.500 unit. Padahal tahun lalu produksi mencapai 7.981 unit. Adapun, jenis hydraulic excavator masih mendominasi produksi. Diikuti alat berat jenis bulldozzer, dump truck, motor grader dan wheel loader.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×