kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Saat toko modern diserbu panic buying, Pasar Palmerah adem ayem


Rabu, 04 Maret 2020 / 00:04 WIB
Saat toko modern diserbu panic buying, Pasar Palmerah adem ayem
ILUSTRASI. Penjual bahan makanan melayani pembeli di Pasar Palmerah, Jakarta, Senin (06/01). Ekonom sekaligus Direktur Riset Center of Reforms on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah mengatakan, tingkat inflasi di tahun 2020 mendatang akan lebih tinggi daripada


Reporter: Amalia Fitri | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar Palmerah terlihat lengang dan tidak banyak disesaki pengunjung saat Kontan.co.id bertandang pukul 18.00 WIB, Selasa (3/3). Sebagian besar toko pakaian dan swalayan terlihat bersiap-siap menutup tokonya.

Berbeda dengan Taufik, pemilik toko sembako Langgeng Jaya Abadi tersebut berkata masih akan membuka tokonya hingga lebih dari pukul 22.00 WIB hari ini. Saat ditanya mengenai fenomena panic buying yang terjadi di beberapa swalayan kemarin, Taufik berkata pengaruhnya tidak terjadi di tokonya.

Baca Juga: Diserbu panic buying, penjualan FoodHall Plaza Senayan melonjak 3 kali lipat

"Kemarin tidak ada pembelian tiba-tiba dalam jumlah yang banyak, relatif normal dan memang didatangi oleh langganan saja. Tapi memang tiap pembeli yang ke sini selalu membicarakan itu," ungkapnya kepada Kontan.co.id saat disambangi di Pasar Palmerah, Jakarta Barat.

Ia berkata, sampai malam kemarin kondisi juga masih relatif normal tanpa lonjakan pembeli maupun penjualan. Ia berasumsi, panic buying hanya terjadi di daerah perkotaan yang warganya memiliki pengeluaran lebih guna melakukan pembelian mendadak dengan nominal cukup tinggi.

Sementara di daerah Pasar Palmerah, lanjutnya, karakteristik warganya tidak banyak yang memiliki kemampuan pembelian mendadak tersebut.

"Di toko saya, penjualan bisa melonjak 50% lebih tinggi dibandingkan hari kerja biasa, saat akhir pekan. Hal ini disebabkan orang-orang yang bekerja di kantor, melakukan pembelian ke pasar. Orang-orang rumah juga ke pasar di akhir pekan," jelasnya.

Baca Juga: Hippindo sebut panic buying sudah mulai reda

Taufik berkata, walau tidak terdampak aksi panic buying karena virus korona(Covid-19), pihaknya saat ini kesulitan mendapatkan gula pasir dan gula merah. Tidak hanya itu, harga gula merah dan gula pasir tercatat naik dari Rp13.000/kg menjadi Rp16.000/kg.

Selain gula pasir dan gula merah, telur juga tercatat mengalami kenaikan harga mulai dari kisaran Rp20.000/kg menjadi Rp26.000/g sampai Rp27.000/kg.

"Paling tinggi memang harga telur yang mencapai Rp27.000/kg, tidak tahu apa sebab kenaikan harga telur. Penyebab kelangkaan gula juga tidak tahu kenapa," ujar Taufik.

Harga minyak goreng kemasan juga mengalami kenaikan dari Rp11.000 menjadi Rp13.000, sedangkan harga minyak curah yang sempat naik di angka Rp14.000, saat ini turun menjadi Rp13.000. Taufik berkata, normalnya harga minyak dijual di kisaran Rp11.000 sampai Rp12.000.

Baca Juga: Penyewa pusat belanja meminta masyarakat tak khawatir kunjungi mal

Pihaknya juga tengah mempersiapkan stock barang untuk menghadapi bulan Puasa mengingat penjualan bisa meningkat mencapai 2 sampai 4 kali lipat.

"Biasanya H-1 dan H-2 puasa, penjualan meningkat bisa sampai 4 kali lipat, begitu pula saat H-1 dan H-2 Lebaran, maka stock harus lebih banyak 4 kali lipat lebih banyak dari biasanya. Nah, kalau di pertengahan puasa, cenderung landai," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×