Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan sawit PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) berencana perkuat upstream atau hulu di sepanjang tahun ini. Adapun tidak hanya kebun sawit saja yang ditambah, tapi juga kebun karet.
Sekretaris Perusahaan PT Sampoerna Agro Tbk, Michael Kesuma perusahaan menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (Capex) di sepanjang 2020 sebesar Rp 600 miliar dan sumber dana dari internal kas perusahaan.
Baca Juga: Ini saham emiten CPO pilihan analis
"Adapun sebagian atau 2/3 dana akan digunakan untuk aset tanaman," jelasnya kepada Kontan.co.id, Senin (3/2).
Menurut perhitungan Kontan.co.id, 2/3 dari anggaran capex senilai Rp 400 miliar akan digelontorkan perusahaan untuk memelihara dan pengembangan aset perkebunan.
Michael menjelaskan lebih lanjut, aset tanaman yang dimaksud di antaranya untuk 4.000 hektare (ha) sawit. Lebih rinci 1.000 ha untuk tanaman baru (new planting) dan 3.000 ha untuk peremajaan (replanting).
Selain untuk sawit, perusahaan berkode saham SGRO ini juga menargetkan new planting pohon karet seluas 1.000 ha di sepanjang tahun ini.
Baca Juga: Saham-saham CPO turun pada Januari 2020, begini rekomendasi analis
Adapun sejauh ini total luas lahan perkebunan karet tertanam sebesar 20.000 ha yang telah ditanam bertahap sejak 2013. Kebun karet ini berlokasi di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat.
Penguatan aset tanaman khususnya sawit karena Sampoerna Agro menargetkan volume produksi Tandan Buah Segar (TBS) dari perkebunan inti mampu tumbuh 5% year on year (yoy).
Adapun kalau dibandingkan dengan produksi TBS di 2019 yang diproyeksikan Michael mencapai 1,04 juta ton, jadi di sepanjang tahun ini SGRO menargetkan bisa produksi 1,47 juta ton TBS.
Sampoerna Agro melihat peluang sawit sebagai inti bisnis perseroan masih potensial. Michael melihat tren harga minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) akan terus membaik di 2020.
Baca Juga: Volume penjualan Dharma Satya Nusantara (DSNG) melesat 46% di tahun lalu
Harga CPO yang membaik karena faktor meningkatnya konsumsi di China dan India serta penerapan program B30 di Indonesia.
Adapun untuk kebun karet, Michael mengakui perusahaan belum bisa berkomentar banyak. Sebab sampai dengan tahun ini kebun karet belum ada yang menghasilkan dan masih menunggu panen perdananya.
"Untuk kepastian kapan mulai panen, kami masih monitor terus, kemungkinan tidak di tahun ini," ungkapnya.
Michael juga menyatakan usaha karet ini dilakukan sebagai upaya diversifikasi produk, "Namun core business kami tetap sawit," kata Michael.
Baca Juga: Indeks agrikultur anjlok paling dalam pada Januari 2020, ini dua penyebabnya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News