kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

SAS akan produksi benih padi hibrida 2.000 ton


Senin, 23 November 2015 / 14:12 WIB
SAS akan produksi benih padi hibrida 2.000 ton


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. PT Sumber Agro Semesta (SAS), salah satu bisnis dari Artha Graha Group, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang produksi benih padi menargetkan produksi benih hibrida tahun depan bisa mencapai 2.000 ton. Target sebesar itu untuk memenuhi 30% kebutuhan benih padi hibrida nasional yang diprediksi mencapai lebih dari 5.000 ton pada tahun 2016 mendatang.

Sementara pada tahun ini, SAS menargetkan bisa memproduksi 1.500 ton benih padi hibrida varietas bernas prima 3 dan super 2. Benih itu dapat ditanam di lahan seluas 100.000 ha di mana rata-rata kebutuhan benih hibrida sebesar 15 kilogram (kg) - 20 kg per hektare (ha). Jumlah yang diproduksi SAS tersebut sekitar 30% dari total kebutuhan nasional yang diprediksi mencapai 4.000 ton benih untuk ditanam di lahan seluas 300.000 ha.

Direktur Operasional PT Sumber Agro, Arviano Sahar mengatakan, pihaknya menargetkan peningkatan produksi benih padi hibrida rata-rata 30% per tahun. Saat ini, SAS menjual benih hibridanya dengan harga rata-rata Rp 60.000 per kg - Rp 80.000 per kg tergantung jenis varietasnya.

Dari hitungan Arviano, rata-rata biaya produksi padi hibrida per ha sebesar Rp 600.000 - Rp 800.000. "Tingkat produktivitasnya cukup tinggi, rata-rata 10 ton per ha," ujar Arviano akhir pekan lalu.

Tingkat produktivitas padi hibrida ini, lanjut Arviano, memang tergolong lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata produksi pada nasional sebesar 5 ton hingga 7 ton per ha. Dengan produktivitas yang tinggi ini diharapkan bisa mendongkrak produksi padi nasional di tengah keterbatasan lahan, dan fenomena penyusutan lahan sawah saat ini.

Arviano bilang, bibit benih padi hibrida yang dikembangkan SAS awalnya diimpor dari China, tapi belakangan SAS dapat memproduksinya sendiri. "Kami berusaha untuk mandiri," tambahnya.

Untuk mencapai target produksi sampai 2.000 ton benih padi hibrida pada tahun depan, SAS akan meningkatkan riset dan teknologi. Tujuannya adalah untuk mendapatkan varietas baru yang unggul dan tahan terhadap musim hujan maupun musim kering. Benih yang diproduksi SAS dijual secara lepas kepada petani yang dinilai sudah mandiri.

Sementara kepada petani yang perlu pembinaan SAS tetap mendampingi dan membeli produksi padi mereka untuk dijadikan benih hibrida lagi. Porsi kemitraan dan jual lepas itu masih berimbang yakni 50% dijual lepas dan 50% kemitraan.

Penentuan kemitraan atau jual lepas itu tergantung daerahnya, kalau di Jawa Timur dan Jawa Barat yang pertaniannya sudah maju mereka membeli sendiri benih hibridanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×