kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.455.000   12.000   0,83%
  • USD/IDR 15.155   87,00   0,57%
  • IDX 7.743   -162,39   -2,05%
  • KOMPAS100 1.193   -15,01   -1,24%
  • LQ45 973   -6,48   -0,66%
  • ISSI 227   -2,76   -1,20%
  • IDX30 497   -3,22   -0,64%
  • IDXHIDIV20 600   -2,04   -0,34%
  • IDX80 136   -0,80   -0,58%
  • IDXV30 141   0,18   0,13%
  • IDXQ30 166   -0,60   -0,36%

Sebagian Hasil Panen MIRE di Ekspor ke Timur Tengah


Rabu, 24 September 2008 / 13:56 WIB
ILUSTRASI. Video capture KRI Tjiptadi-381 yang beroperasi di bawah kendali Gugus Tempur Laut (Guspurla) Koarmada I menghalau kapal Coast Guard China saat melakukan patroli di Laut Natuna Utara, Kepulauan Riau, Senin (30/12/2019). KRI Tjiptadi-381 menghalau kapal Coa


Reporter: Uji Agung Santosa | Editor: Test Test

JAKARTA. Pemerintah akan mengekspor 50% hasil panen padi dari proyek Merauke Integrated Rice Estate (MIRE). Ekspor terutama akan ditujukan ke sejumlah negara di Timur Tengah. Negeri para sheikh ini mendapat prioritas karena mereka lah yang menjadi investor utama. Di ujung timur nusantara itu mereka membenamkan modal hingga US$ 4 miliar.

Dalam mengekspor hasil panen di Merauke, kata Mustafa Abubakar, Bulog memang memerlukan kerja sama dengan para investor.  Direktur Utama Perum Bulog itu beralasan, selain mereka menjadi pemodal, sampai saat ini hanya Bulog yang baru boleh melakukan ekspor beras. “Kami akan dengan senang hati bekerjasama untuk melakukan ekspor itu," kata Mustafa di Jakarta, Rabu (24/9)

Sisa panen dari proyek MIRE akan dilepas ke pasar dalam negeri. Terutama untuk memenuhi permintaan beras di kawasan Indonesia timur. Adapun ekspor beras, Bulog yakin mampu mewujudkannya pada 2009. Kebanyakan hasil panen beras di Sulawesi Selatan.

Deputi Menko Perekonomian Bidang Pertanian dan Kelautan Bayu Krisnamurthi mengatakan realisasi proyek di Papua masih terus berproses. "Saat ini masih melakukan proses pengalihan fungsi lahan, dari hutan menjadi lahan produksi," kata Bayu di Jakarta, Rabu (24/9).

Soal alih fungsi hutan, kata Bayu, pemerintah tidak perlu meminta persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Pasalnya, lahan hutan yang saat ini masih dikuasai oleh Departemen Kehutanan (Dephut) itu, bukan merupakan hutan lindung atau hutan konservasi. "Itu bisa dialihfungsikan," katanya. Kapan proyek MIRE mulai berjalan, Bayu tak bisa memprediksi.

Bayu menambahkan, dalam proyek tersebut tidak hanya padi saja yang akan ditanam, juga tebu dan sawit. Di lahan seluas 500.000 hektare itu pemerintah akan membangun kawasan pangan dan energi terintegrasi (Merauke Integrated Food and Energy).

Apakah nanti seluruh hasil produksi akan diekspor? Bayu mengatakan pemerintah akan melihat perkembangan ke depan apakah hasil produksinya akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri atau untuk ekspor.

Seperti diketahui, kelompok usaha Arab Saudi, Bin Ladin Group, dikabarkan siap menanam US$ 4 miliar untuk mengembangkan agribisnis padi di Merauke, Papua.  Dari areal persawahan seluas 500.000 hektar, Bin Ladin menganggarkan US$ 43 juta untuk setiap 5.000 ha. Mereka akan mengembangkan beras jenis Basmati. Varietas ini cocok untuk pasar Arab Saudi, dan negara-negara Arab lainnya.

Selain Arab Saudi, sejumlah negara lain asal Timur Tengah seperti Qatar, Oman dan Dubai juga telah menyatakan minat menanamkan modal untuk mengembangkan agribisnis di Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Distribution Planning (SCMDP) Supply Chain Management Principles (SCMP)

[X]
×