Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Taipan Prajogo Pangestu kembali mencatat lonjakan kekayaan signifikan di usianya yang ke-81 tahun.
Berdasarkan data Bloomberg Billionaires Index, kekayaan bersihnya naik US$ 20 miliar sejak April 2025 atau sekitar Rp 326 triliun (kurs Rp 16.286) , mencapai US$ 36,2 miliar atau sekitar Rp 590 triliun. Lonjakan ini menjadikannya orang terkaya di Indonesia.
Melansir Gulf News, Kamis (7/8/2025), kenaikan kekayaan tersebut dipicu oleh keputusan Morgan Stanley Capital International (MSCI) pada Juli 2025 yang membatalkan rencana penghapusan tiga emiten terkait Pangestu dari daftar indeksnya, termasuk PT Barito Renewables Energy Tbk.
Saham Barito Renewables melonjak hingga 20% dalam satu hari, menyumbang US$ 3,5 miliar ke kekayaan Pangestu.
Baca Juga: Meningkat Signifikan, Kini Prajogo Pangestu Tembus Rp 547 triliun
Kepemilikan Pangestu atas Barito Renewables sangat dominan, melalui dua entitas utama: PT Barito Pacific Tbk dan Green Era, yang dipimpin oleh putrinya, Nancy Pangestu.
Totalnya, sekitar 88% saham Barito Renewables dikuasai keluarga Pangestu. Investor institusional asing, seperti BlackRock, hanya memegang porsi sangat kecil, yaitu 0,07%.
Pengaruh Pangestu di pasar begitu besar sehingga analis menyebut gejolak harga saham sebagai "Efek Prajogo". Namun, reli saham yang tajam tersebut menimbulkan kekhawatiran di kalangan analis.
Baca Juga: Saham Grup Barito Ambruk, Kekayaan Prajogo Pangestu Menguap Rp 149 Triliun
Leonardo Lijuwardi dari NH Korindo menyebut kenaikan ini "benar-benar gila", sementara Arnanto Januri dari JPMorgan menyatakan kesulitan untuk membenarkan peningkatan valuasi yang signifikan.
Meskipun mengalami lonjakan kekayaan, Pangestu juga sempat mengalami penurunan tajam. Pada Februari 2024, kekayaannya anjlok US$ 5,4 miliar, dan kembali turun US$ 5,9 miliar pada September 2024.
Ketika FTSE Russell mengumumkan penghapusan Barito Renewables dari indeks, kekayaannya terpangkas hampir US$ 12 miliar.
Dari Pedagang Kayu ke Raja Energi
Prajogo Pangestu memulai karier bisnisnya pada 1970 dengan bergabung di Djajanti Group, perusahaan kayu milik Burhan Uray.
Tujuh tahun kemudian, ia memutuskan mendirikan usaha sendiri dan pada 1993, perusahaannya, PT Barito Pacific Timber Tbk, menjadi emiten terbesar di Bursa Efek Jakarta.
Pangestu kemudian melakukan diversifikasi ke sektor petrokimia melalui PT Chandra Asri dan ke energi panas bumi melalui Star Energy Geothermal.
Baca Juga: Kekayaan Prajogo Pangestu Lenyap Rp 149,8 Triliun, Ini Penyebabnya!
Pada 2007, ia mengubah nama perusahaannya menjadi PT Barito Pacific Tbk untuk mencerminkan ekspansi ke berbagai sektor industri, termasuk pertambangan dan energi.
Pada 2022, perusahaan miliknya yang berbasis di Singapura, Green Era, mengakuisisi 33,33% saham Star Energy dari BCPG Thailand senilai US$440 juta, menjadikannya pemilik penuh perusahaan panas bumi tersebut.
Setahun kemudian, ia mencatatkan dua perusahaan di bursa: Barito Renewables Energy dan perusahaan tambang batubara Petrindo Jaya Kreasi.