Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
Star Energy Geothermal, yang berada di bawah Barito Renewables, memiliki kapasitas lebih dari 800 megawatt energi panas bumi.
Dengan target Indonesia mencapai emisi nol bersih pada 2060, ekspansi Barito di sektor energi terbarukan dipandang memiliki prospek jangka panjang yang menjanjikan.
Baca Juga: Prajogo Pangestu Rajai Bursa Efek, Kapitalisasi Pasar Grup Tembus Rp 2.395 Triliun
“Barito Renewables menawarkan potensi valuasi jangka panjang,” ujar Herditya Wicaksana, analis pasar.
Namun ia juga menekankan bahwa reli saham yang terlalu cepat berisiko tinggi.
Profil Singkat Prajogo Pangestu
- 1944: Lahir di Bengkayang, Kalimantan Barat, Indonesia, dengan nama Phang Djoen Phen.
- 1970: Memulai karier di industri kayu bersama Djajanti Group.
- 1977: Memulai bisnis sendiri.
- 1993: PT Barito Pacific Timber Tbk menjadi emiten terbesar di Bursa Efek Jakarta.
- 1990–1999: Direktur Utama PT Chandra Asri.
- 2007: Perusahaan berganti nama menjadi PT Barito Pacific Tbk.
- 2022: Green Era mengakuisisi saham Star Energy dari BCPG Thailand.
- 2023: Melantai dua perusahaan di bursa: Barito Renewables dan Petrindo Jaya Kreasi.
- 2025: Memimpin Barito Pacific Group dengan portofolio bisnis di bidang petrokimia, energi terbarukan, kehutanan, batubara, dan pertambangan.
Selanjutnya: Siloam Genjot Transformasi Digital lewat AWS, Perkuat Layanan Kesehatan Berbasis AI
Menarik Dibaca: 6 Rekomendasi Warna Lipstik yang Membuat Wajah Cerah Menurut MUA Internasional
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Tag