kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.515.000   10.000   0,66%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Sejumlah Perusahaan Kantongi Laba Jumbo, Bagaimana Prospeknya Tahun Ini?


Selasa, 08 Agustus 2023 / 20:22 WIB
Sejumlah Perusahaan Kantongi Laba Jumbo, Bagaimana Prospeknya Tahun Ini?
ILUSTRASI. Sejumlah perusahaan dari berbagai sektor industri di Indonesia berhasil membukukan laba bersih tahun 2022 yang tergolong jumbo. ANTARA FOTO/Risky Andrianto/wsj.


Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah perusahaan dari berbagai sektor industri di Indonesia berhasil membukukan laba bersih tahun 2022 yang tergolong jumbo.

Berdasarkan riset Kontan, tercatat bahwa PT Pertamina Hulu Energi (PHE) menjadi perusahaan dengan laba bersih terbesar di Indonesia pada 2022 lalu dengan capaian senilai Rp 69,03 triliun.

Menguntit di belakang PHE, ada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) yang membukukan laba bersih Rp 51,4 triliun pada 2022. Lalu, ada PT Freeport Indonesia yang meraih laba bersih Rp 50 triliun pada 2022, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) senilai Rp 41,2 triliun, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) senilai Rp 40,7 triliun, PT Adaro Energy Tbk (ADRO) senilai Rp 38 triliun, PT Bayan Resources Tbk (BYAN) senilai Rp 33 triliun, PT Astra International Tbk (ASII) senilai Rp 28,9 triliun, MIND ID senilai Rp 22,5 triliun, dan PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) senilai Rp 20,7 triliun.

Baca Juga: Ini Daftar 10 Perusahaan Lokal dengan Laba Terbesar Se-Indonesia, Simak Prospekny

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta menilai, ada beberapa faktor yang membuat laba bersih perusahaan-perusahaan tadi menjulang tinggi sepanjang 2022.

Bagi perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan dan migas, mereka diuntungkan oleh periode lonjakan harga komoditas ketika masa pandemi Covid-19. Hal ini terjadi bersamaan dengan krisis rantai pasok global yang mendorong kenaikan harga sejumlah komoditas lebih tinggi dibandingkan periode-periode sebelumnya.

“Perusahaan yang mengandalkan bisnisnya terhadap komoditas mengalami peningkatan kinerja yang signifikan berkat kenaikan ASP (average selling price),” ujar Nafan, Selasa (8/8).

Sementara pada perusahaan yang bergerak di sektor perbankan, Nafan bilang, perusahaan tersebut mencetak kinerja mentereng berkat pertumbuhan kredit yang positif sepanjang 2022. Pada saat yang sama, emiten perbankan juga mampu menjaga batas non performing loan (NPL) atau kredit kurang lancar di level yang wajar. Alhasil, bank-bank dengan laba jumbo bisa lebih leluasa melakukan ekspansi kredit.

Pada kasus Astra International, realisasi laba bersih mereka sangat dipengaruhi oleh laju penjualan kendaraan bermotor Indonesia yang kencang. Grup Astra yang memiliki lini usaha pertambangan dan alat berat lewat PT United Tractors Tbk (UNTR) juga terpapar dampak positif oleh kenaikan harga komoditas.

“Untuk Telkom, laba bersihnya cukup dipengaruhi oleh tingginya trafik internet yang sudah terjadi sejak awal pandemi lalu,” imbuh Nafan.

Dia melanjutkan, tidak menutup kemungkinan, perusahaan-perusahaan dengan laba bersih raksasa kembali dapat meraih capaian gemilang pada 2023.

Memang, harga komoditas tampak tidak lagi setinggi tahun-tahun sebelumnya. Namun, harapan peningkatan kinerja bagi perusahaan bidang pertambangan dan migas tidaklah pupus. Sebab, perekonomian dunia sudah mulai pulih dan ancaman resesi di negara-negara maju juga mulai mereda.

Baca Juga: Angkat Sektor Manufaktur, Kemenperin Bersama Industri Perlu Transformasi Struktural

Hal ini akan kembali mendorong permintaan komoditas sejalan dengan peningkatan kegiatan perekonomian secara global. “Mungkin kenaikan harga komoditas tidak setinggi tahun lalu, karena sekarang global supply chain sudah kembali normal,” tukas Nafan.

Demikian pula dengan emiten perbankan berlaba bersih tebal. Ekspektasi penurunan suku bunga acuan dianggap Nafan akan mendorong pertumbuhan kredit konsumsi. Sebab, masyarakat tidak lagi khawatir dengan kondisi suku bunga yang tinggi. Emiten perbankan pun bakal diuntungkan oleh sentimen tersebut.

Kinerja emiten telekomunikasi seperti TLKM juga diperkirakan berada dalam jalur yang positif pada 2023. Permintaan layanan internet bakal melonjak seiring Indonesia yang mulai memasuki tahun politik. Belum lagi, penetrasi layanan internet 5G juga mulai terasa di berbagai wilayah Tanah Air.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×