Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah perusahaan asal Rusia, Zarubezhneft akan menjual kepemilikan sahamnya di Blok Tuna, saat ini sudah ada beberapa perusahaan kakap migas yang tertarik dan mulai membuka data blok yang berlokasi di Laut Natuna Utara ini.
Dirjen Migas Kementerian ESDM Tutuka Ariadji mengatakan, saat ini sudah ada beberapa perusahaan kelas dunia mulai tertarik dan membuka data Blok Tuna.
“Ada beberapa yang sudah mulai, kan buka data dulu. Jadi sudah ada beberapa kandidat yang buka data, nanti dari sini sebulan ada siapa yang tertarik baru kita inikan,” ujarnya di Gedung DPR RI, Selasa (29/8).
Dia menerangkan, Zarubezhneft harus mendapatkan pengganti terlebih dahulu sebelum resmi hengkang dari Blok Tuna. “Kami harapkan secepatnya,” kata Tutuka.
Baca Juga: Partner Rusia Hengkang, Investor Antri Masuk ke Blok Tuna
Keluarnya Zaruzhneft dari Blok Tuna merupakan buntut dari mandeknya pengembangan Blok Tuna akibat sanksi Uni Eropa dan Inggris kepada Premier Oil Tuna BV, anak usaha Harbour Energy Group karena bermitra dengan Rusia. Sanksi ini merupakan respons invasi Rusia ke Ukraina yang terjadi pada awal tahun lalu.
Direktur Eksplorasi SKK Migas Benny Lubiantara menyebutkan, prospek pengembangan Blok Tuna cukup potensial karena menyimpan cadangan migas yang layak diperhitungkan.
“Tuna lumayan ya, volume gas sekitar 300-an Billion Cubic Feet (BCF) dan minyaknya ada sekitar 20 juta hingga 30 juta,” ujarnya.
Di dalam rencana pengembangan atau plan of development (PoD), hasil migas dari Blok Tuna akan dikirimkan ke Vietnam.
Wakil Kepala SKK Migas Nanang Abdul Manaf menambahkan, hasil migas dari Blok Tuna akan diekspor ke Vietnam karena jaraknya pengirimannya lebih dekat dibandingkan disalurkan ke dalam negeri.
“Jaraknya hanya 10 kilometer (km) ke Vietnam. Di situ ada fasilitas produksi gas eksisting milik Harbour, tetapi KKKS dengan Vietnam. Ini bisa disinergikan dibandingkan harus ditarik ke domestik butuh 600 km ke West Natuna,” ujarnya beberapa waktu lalu.
Mempertimbangkan jarak tersebut, Nanang menyatakan, biaya operasional pengiriman hasil gas Blok Tuna akan lebih efisien. Harga gas yang atraktif itu, nantinya akan memberikan dampak positif bagi proyek-proyek yang ada di wiilayah perbatasan.
“Pengembangan Blok Tuna juga strategis karena berada di wilayah 3T (Daerah Tertinggal, Terdepan dan Terluar), betul-betul terluar karena sudah ada di utara Natuna berbatasan dengan Vietnam,” terangnya.
Baca Juga: Benarkah Cadangan Gas Indonesia Hanya Sampai 17 Tahun Saja?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News