Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beras operasi pasar berupa Stabilisasi Pasokan dan Harga Pasar (SPHP) kemasan 5 kilogram mulai dibatasi di ritel-ritel modern seperti Superindo dan Alfamart.
Seperti diketahui, Ombudsman menyatakan saat ini pasar modern telah membatasi masyarakat untuk membeli beras. Pembatasan dilakukan lantaran pasokan dari distributor terhambat dan membuat stok menipis.
Beras yang dibatasi pembeliannya adalah beras jenis Stabilisasi Pasokan dan Harga Pasar (SPHP) yang berasal dari pemerintah. Tiap konsumen akan dibatasi pembelian sebanyak 2 pack dengan masing-masing pack seberat 5 kg beras.
Baca Juga: Stok Menipis, Ritel Modern Batasi Penjualan Beras
KONTAN memantau salah satu gerai Alfamart di Sumur Batu, Kemayoran, Jakarta Pusat. Pramuniaga di Alfamart ini menyatakan bahwa memang pembelian beras oleh masyarakat dibatasi maksimal 2 pack untuk masing-masing pack sebesar 5 kg beras untuk satu kali transaksi. Di Alfamart ini tersedia beras dengan merk Alfamart dan Rojolele.
"Ya dibatasi untuk saat ini maksimal dua beras ya," kata Pramuniaga yang tak mau disebutkan namanya, di Jakarta, Rabu (20/8).
KONTAN juga menelusuri salah satu gerai Superindo yang terletak di Papanggo, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Senada, pramuniaga menyatakan bahwa di Superindo pembelian beras dibatasi maksimal dua beras masing-masing seberat 5 kg beras untuk satu orang.
"Memang dibatasi, berlaku dari dua minggu yang lalu," ujarnya.
Sementara itu, Pengamat Pertanian Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori memandang, efek Harga Eceran Tertinggi (HET) beras di pasar modern sebenarnya sudah pernah terjadi sebelumnya.
"Karena penjualan dibatasi HET, margin perdagangan makin kecil. Bukan hanya pemilik beras, tapi juga dialami pasar modern. Kalau menjual di atas HET, berisiko," ungkap Khudori saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (20/9).
Baca Juga: Aprindo Ungkap Alasan Peritel Batasi Pembelian Beras Konsumen
Untuk itu, kata Khudori, karena semua transaksi di pasar modern tercatat, daripada berisiko, pasar modern membatasi jumlah beras yang dijual. Memang, beras ada tapi hanya pelengkap, bukan jualan yang penting karena marginnya tidak menjanjikan.
Ia menambahkan, harga gabah yang tinggi otomatis membuat harga beras menjadi mahal. Harga gabah naik tinggi karena harganya tak diatur. Jika harga gabah diatur, misal ada het gabah, potensial merugikan petani.
"Di sisi lain, harga beras dibatasi harga jualnya dengan HET. Kalau harga gabah terus naik, pada titik tertentu memproduksi beras tak lagi menguntungkan," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News