Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kasus Covid-19 kembali meledak di Indonesia. Jumlah pasien positif Covid-19 terus bertambah sehingga ketersediaan ruang rumah sakit (RS) pun semakin menipis.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia (ARSSI) Ichsan Hanafi menyampaikan, rumah sakit swasta sudah mempersiapkan lebih dari 50% kapasitas tempat tidur untuk menangani pasien Covid-19. Dari kapasitas yang disediakan itu, tingkat keterisian sudah mencapai 95%, bahkan lebih.
Di beberapa daerah zona merah, kapasitas yang disediakan rumah sakit untuk menampung pasien Covid-19 sudah lebih dari 65%. "Kenyataannya memang sekarang terjadi antrean. Ruang untuk pasien non-covid tentu jadi jauh berkurang," kata Ichsan saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (29/6).
Sejumlah rumah sakit pun mengatur strategi. Beberapa diantaranya menawarkan paket perawatan isolasi mandiri (isoman). Misalnya RS Primaya Hospital, RS Satria Medika, RS Gotong Royong, hingga RS St. Carolus.
Baca Juga: Klinik di daerah akan terima obat-obatan untuk pasien Covid-19 yang isolasi mandiri
Namun ARSSI masih belum memiliki data rinci mengenai rumah sakit mana saja yang saat ini menawarkan paket isoman. Yang jelas, jika paket layanan isoman itu dilakukan di luar rumah sakit itu bukan tanpa catatan.
Menurut Ichsan, perawatan pasien Covid-19 tak hanya memperhatikan ketersediaan ruang, namun juga harus mempertimbangkan ketersediaan jumlah tenaga kesehatan (nakes) yang bisa merawat pasien. Idealnya, isoman tetap dilakukan dengan pemantauan yang ketat dari nakes dan dokter.
"Perkembangan penyakit pasien juga kan harus dilihat. Mungkin yang penting prosedur isoman itu ditaati, jadi kalau ada keluhan apa pun bisa cepat koordinasi dengan tenaga medis atau fasilitas kesehatan," ungkap Ichsan.
Pasalnya, dengan melonjaknya kasus Covid-19, nakes dan pekerja rumah sakit pun sangat kewalahan. Apalagi, tak sedikit nakes dan pekerja rumah sakit yang juga terpapar Covid-19. Kondisi ini menjadi tantangan serius bagi rumah sakit.
"SDM (Sumber Daya Manusia) sekarang menjadi kendala, karena memang beberapa petugas terpapar. Tidak hanya nakes tapi yang di back office juga terpapar Covid-19. Ini juga tentu menyulitkan kami," sebut Ichsan.
Keterbatasan jumlah SDM medis menjadi tantangan tersendiri jika layanan isoman dilakukan di luar rumah sakit. Ichsan bilang, idealnya isoman dilakukan melalui kerjasama dengan pemerintah atau pemerintah daerah. Misalnya, seperti di Wisma Atlet Kemayoran di Jakarta.
Baca Juga: Angka Covid-19 makin melonjak, hati-hati pada droplet!
"Kalau seperti itu kan tenaga medis ada dan siap, jadi (pasien) terpantau. Koordinasi (dengan pemerintah) memang harus, karena memang kami di rumah sakit sudah hampir tidak bisa menampung," ungkap dia.
Apalagi, rumah sakit juga dihadapkan pda kondisi krisis pasokan oksigen yang sangat vital dalam penanganan pasien covid-19. Ichsan pun membenarkan, beberapa rumah sakit sudah kesulitan sehingga harus mengalihkan pasokan oksigen dari industri.
"Karena pemakaian meningkat, tabung oksigen juga terbatas. Beberapa rumah sakit terjadi kendala," pungkas Ichsan.
Selanjutnya: Tanpa intervensi, puncak kasus Covid-19 diprediksi Juli, kematian bisa 2.000 per hari
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News