kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sekjen Kemenperin: industri kimia dan petrokimia belum didukung investasi kuat


Selasa, 08 Oktober 2019 / 15:21 WIB
Sekjen Kemenperin: industri kimia dan petrokimia belum didukung investasi kuat
ILUSTRASI. PT Tridomain Performance Materials Tbk


Reporter: Amalia Fitri | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -PADANG. Kementerian Perindustrian menyebutkan industri kimia tanah air belum didukung oleh investasi yang besar sehingga mendorong terjadinya defisit.

Dalam gelaran workshop bertajuk Pendalaman Kebijakan Industri 4.0, Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian, Achmad Sigit Dwiwahjono mengungkapkan jika industri kimia, terutama petrokimia, menyumbang defisit neraca perdagangan Indonesia karena berkorelasi dengan impor bahan baku yang cukup besar.

Baca Juga: Kementerian Perindustrian prioritaskan 5 sektor ini dalam road map industri 4.0

"Sebetulnya industri kimia kita sudah cukup lengkap, namun belum didukung investasi yang besar. Ditambah lagi, sebagian besar bahan baku merupakan bahan bakar fosil, selain itu sektir ini juga langganan impor yang cukup besar," papar Sigit.

Lebih lanjut, Sigit menjelaskan jika impor bahan sektor petrokimia setiap tahunnya memakan dana lebih dari US$ 20 miliar atau lebih dari Rp200 triliun. Sementara data impor kurang lebih senilai US$ 100 miliar.

Dengan demikian, importasi sektor bahan petrokimia dan kimia, menempati porsi 30% dalam impor domestik, sementara 30%lainnya ditempati sektor barang modal, dan 30% adalah bahan konsumsi.

Tidak hanya itu, Sigit juga menambahkan, sejak 1998 industri kimia dan petrokimia juga tidak mengalami perkembangan investasi yang berarti.

"Maka dari itu kami akan prioritaskan industri petrokimia. Cara yang ditempuh salah satunya adalah mendorong inovasi dalam substitusi bahan kimia dari hulu," jelasnya.

Baca Juga: Begini sara Menkeu Sri Mulyani untuk menekan impor tekstil

Pihaknya juga akan fokus mendorong investasi yang terkait dengan bidang tersebut. Dengan perkembangangan teknologi 4.0, dibutuhkan efisiensi produksi berbasis teknologi tetapi juga kolaborasi dan promosi.

"Ini kalau kita lakukan akan punya nilai tambah yang cukup besar sehingga bisa mendorong pertumbuhan ekonomi. Tanpa ini sulit bagi kita untuk kita capai, tentunya industri 4.0 memegang peranan penting, investasi yang baru yang kita promosikan kita harapkan aplikasikan 4.0 pada industri lainnya," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×